Pasca Brexit, Kepercayaan Konsumen Turun Tajam

TRANSINDONESIA.CO – Kepercayaan konsumen mengalami penurunan terparah dalam 21 tahun, setelah Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa (UE), yang juga dikenal dengan istilah Britain exit atau Brexit.

Perusahaan riset pasar GfK melakukan survei lewat daring terhadap 2.000 orang, hasilnya indeks kepercayaan turun delapan poin ke minus satu.

Ini adalah penurunan terendah sejak Desember 1994. Konsumen yang kepercayaannya berkurang akan menahan pembelanjaan mereka. Konsumsi sendiri menyumbang dua pertiga dari ekonomi Inggris.

 Pengusaha ritel sudah mulai merasakan dampak dari Brexit.[Gtt]

Pengusaha ritel sudah mulai merasakan dampak dari Brexit.[Gtt]
Kepercayaan konsumen juga dipakai bank sentral Inggris untuk memutuskan tingkat suku bunga. Gubernur Bank Sentral, Mark Carney, telah mengingatkan jika kondisi ekonomi akan terlihat ‘penuh tantangan’ setelah Inggris keluar dari UE.

Survei Gfk juga menyatakan 60% konsumen memandang kondisi ekonomi akan memburuk tahun depan, hanya 20% yang melihat kondisi ekonomi akan membaik.

Variasi Regional

Trans Global

Tiga puluh tiga persen konsumen percaya jika harga akan meningkat tajam dalam 12 bulan ke depan.

Kepercayaan konsumen di Inggris sendiri sangat bervariasi. Inggris utara turun 19 poin, Skotlandia 11 poin sedang Inggris selatan hanya turun 2 poin.

Survei ini dilakukan dari 30 Juni hingga 5 Juli untuk menangkap suasana hati konsumen tak lama setelah referendum yang berlangsung 24 Juni lalu.

“Analisis kami menyatakan bahwa akibat langsung dari referendum adalah, sektor-sektor seperti travel, fashion dan gaya hidup, interior rumah tangga dan bahan makanan yang paling rentan dipotong besar pengeluarannya,” kata Joe Staton, kepala dinamika pasar GfK.

Sebuah survei terpisah mengindikasikan para pengusaha ritel sudah merasakan dampak Brexit.

Angka-angka ekonomi resmi dari Kantor Statistik Nasional yang menunjukkan dampak Brexit baru akan dikeluarkan bulan Agustus.[Bbc/Nov]

Share