Korban Bom Baghdad Bertambah Menjadi 165 Orang

TRANSINDONESIA.CO – Jumlah korban tewas akibat serangan bom bunuh diri hari Minggu lalu di ibu kota Irak, Baghdad, bertambah menjadi 165 orang, menurut Kementerian Dalam Negeri.

Serangan yang melukai sekitar 225 orang lainnya ini diyakini sebagai serangan bom paling mematikan di Irak sejak tahun 2007.

Kantor perdana menteri Irak mengumumkan akan meningkatkan keamanan dengan melarang penggunaan detektor bom palsu yang biasa disebut dengan ‘tongkat sihir’ dan meningkatkan pemeriksaan kendaraan di jalan-jalan menuju kota.

Irak memberlakukan hari berkabung nasional selama tiga hari akan tragedi bom di ibu kota Baghdad.[Ap]
Irak memberlakukan hari berkabung nasional selama tiga hari akan tragedi bom di ibu kota Baghdad.[Ap]
Detektor bom palsu, yang mirip alat pencari bola golf murahan, dijual dalam jumlah besar ke Irak.

Seorang pengusaha asal Inggris, dipenjara 10 tahun, setelah menjual lebih dari 6.000 perangkat ke Irak seharga $40.000 (Rp 525 juta) per buah.

Inggris telah menghentikan ekspor ke Irak sejak 2010 dan beberapa penipu lainnya telah mendapat hukuman penjara. Walau sudah mendapat banyak peringatan jika perangkat tersebut tak beguna, militer Irak masih terus menggunakannya.

Tekad Lumpuhkan ISIS

Minggu malam, tim penyelamat masih sibuk membersihkan puing dari lokasi dan mencari korban di antara sisa bangunan yang hangus.

“Kami butuh beberapa hari untuk menemukan jasad-jasad korban. Ini tugas yang sulit,” kata seorang anggota pasukan pertahanan sipil seperi dikutip kantor berita AFP.

“Daftar korban yang saya lihat termasuk satu keluarga lengkap –ayah dan anak-anaknya, ibu dan anak-anaknya– satu keluarga tewas akibat ledakan ini.”

Kelompok militan Negara Islam mengaku bertanggung jawab atas bom kali ini sebagai bagian dari ‘operasi keamanan yang masih berlangsung’.

Amerika Serikat berkata serangan tersebut menguatkan tekad mereka mendukung militer Irak melumpuhkan kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).

Utusan PBB untuk Irak Jan Kubis berkata militan Negara Islaam yang telah ‘menderita kekalahan di medan perang sedang mencari cara membalas kekalahan mereka dengan menargetkan warga sipil yang lemah’.[Bbc/Nov]

Share