Minyak Dunia Terus Merosot
TRANSINDONESIA.CO – Harga minyak dunia berakhir merosot pada Sabtu (27/5/2016), karena para pedagang mengambil keuntungan setelah minyak mentah naik di atas tingkat psikologis 50 dolar AS minggu ini, didorong bukti adanya penurunan persediaan.
Di Amerika Serikat, pedagang bersikap hati-hati menjelang libur panjang akhir pekan, ketika pasar akan ditutup pada Senin untuk memperingati Memorial Day. “Karena liburan akhir pekan ini, banyak orang yang sudah keluar,” kata Carl Larry di Frost & Sullivan.
Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 15 sen menjadi berakhir di 49,33 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, harga patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk Juli menetap pada 49,32 dolar AS per barel, turun 27 sen dari tingkat penutupan Kamis. “Hal utama adalah kita benar-benar tidak bergerak jauh dari batas 50 dolar AS ini. Ini lebih rendah tetapi tidak jatuh, ini yang baik,” kata Larry.
Harga minyak telah melampaui 50 dolar AS per barel untuk pertama kalinya tahun ini pada Kamis, karena gangguan produksi di Kanada dan Nigeria mengurangi kekhawatiran jangka pendek tentang pasokan global yang berlimpah. Larry juga mengutip pertemuan OPEC pekan depan untuk membahas tingkat produksi dunia sebagai alasan untuk tindakan pasar bersikap hati-hati. “Saya tidak berpikir setiap orang ingin berdagang dengan terlalu banyak risiko di sini,” katanya.
Sebagian besar analis memperkirakan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 2 Juni, tidak akan menghasilkan tindakan untuk mengatasi kelebihan pasokan global. Arab Saudi, diperkirakan akan mempertahankan kebijakannya, berjuang untuk pangsa pasar dengan produksi minyak mentah yang tinggi.
“Sementara pasar mengantisipasi sepenuhnya tidak akan ada kesepakatan untuk membatasi produksi minyak, kita masih melihat kurangnya pembatasan produksi sehungga memungkinkan produksi OPEC cenderung setidaknya agak lebih tinggi selama beberapa bulan ke depan,” kata analis Citi Futures Tim Evans.
Harga minyak juga terus menurun karena dolar AS melonjak di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan, yang membuat minyak dalam denominasi dolar AS kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen mengatakan di Universitas Harvard pada Jumat bahwa kenaikan suku bunga mungkin akan sangat tepat dalam beberapa bulan ke depan.
Dolar AS melonjak dipicu pernyataan Yellen. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,60 persen menjadi 95,738 pada akhir perdagangan New York, Jumat.
Sementara itu, perusahaan jasa minyak Baker Hughes mengatakan jumlah rig yang beroperasi di AS turun dua rig menjadi 316 rig pada minggu ini. Pada saat yang sama tahun lalu, pengebor memiliki 646 rig minyak yang beroperasi.[Ant/Met]