Awas Bahaya Laten Kewarasan

TRANSINDONESIA.CO – Dalam birokrasi yang patrimonial kewarasan di label sebagai sebuah bahaya laten, yang selalu diwaspadai, diamati, bahkan dibatasi kalau perlu di ganjal semuanya.

Kewarasan sebuah kondisi yang normatif bahkan bisa menjadi sesuatu yang ideal. Menuju sebuah birokrasi yang sehat dalam berbagai pandangan dan nilai-nilai anti kewarasan terus saja dipertahankan bahkan dikembang biakkan.

Siapa saja mengingatkan akan kegilaan dianggap ancaman. Terlanjur larut dan kecanduan pada yang keliru sebagai yang benar. Takut kebenaran terkuak dan menyimpan kesukaan dalam kebohongan serta kepura-puraan.

Ilustrasi
Ilustrasi

Nilai-nilai ideal akan dikatakan sebagai mimpi dan sebuah kemunafikan. “Bener yen umum iku salah, salah yen wis umum iku sing bener”. Kaum aman dan nyaman tak ingin sarangnya diotak-atik. Ingin terus.

Bahaya laten kewarasan akan memangkas previlage, menutup kran-kran pendominasian sumber daya, membatasi dan mengawasi kewenang-wenangan, meminta pertanggung jawaban, menuntut trasparansi, mengharapkan profesionalisme dan banyak hal lain.

Inti kewarasan adalah anti korupsi, merupakan reformasi birokrasi dan sebagai terobosan kreatif. Apakan senang menjadi waras? Bagi orang kebanyakan pasti iya dan bahaya laten bagi yang sedang mabuk dan menikmati kegilaan.

Kewarasan tak jarang malah dianggap menyusahkan, membuat sekarat, dan bisa mematikan kondisi yang sudah mapan. Kewarasan merupakan pil pahit penyadaran dan penyehatan sebagai perbaikan kesalahan, kesiapan memenuhi harapan dan penyiapan masa depan yang lebih baik.

“Jamane jaman edan sopo sing ora melu edan ora keduman, nanging sak beja bejane wong sing edan isih bejo wong sing eling lan waspodo”.[CDL-24052016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share