TRANSINDONESIA.CO – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT). Frans Lebu Raya mengatakan sektor pariwisata harus dijadikan sebagai salah satu masa depan pergerakan erkonomi masyarakat menuju sejahtara di provinsi berbasis kepulauan itu.
“Kalau dulu sektor pariwisata masih menjadi sektor pilihan setelah sejumlah sektor lainnya, maka saat ini sudah harus menjadi masa sekarang dan masa depan pembangunan daerah ini,” katanya kepada Antara di Kupang, Jumat (6.5.2016).
Menurut dia, provinsi selaksa pulau itu sangat kaya dengan budaya, alam dan pesona pantai yang selanjutnya dapat dikelola sebagai bagian dari destinasi wisata masa kini.
![Gubernur NTT, Frans Lebu Raya.{Dok]](http://transindonesia.co/wp-content/uploads/2014/03/gubernur-ntt-Frans-Lebu-Raya.jpg)
Untuk itulah, pemerintah terus mendorong partisipasi komponen masyarakat lain untuk bersama-sama bersinergi membangun potensi yang ada di daerah itu sebagai salah satu dari tujuan wisata daerah.
Keberagaman adat, budaya dan suku, kata dias, harus dijadikan sebagai sebuah kekayaan yang unik dan menjanjikan dalam konteks kemasan yang menarik sebagai hasil olahan pariwisata yang bernilai. “Itu yang terus kita lakukan untuk mengembangkan wisata budaya dan religi di daerah ini,” katanya.
Sedangkan terhadap kekayaan dan pesona alam, katanya, sudah tentu akan terus ditata dan dikelola sebagai objek menarik bagi pariwisata yang lebih hidup.
Spesies komodo yang hanya satu-satunya di Labuan Bajo menjadi kekayaan teresendiri untuk dijadikan objek wisata. Pantai dan pesisir serta alam pegunungan yang bersebaran di seluruh pelosok daerah itu, terus juga dikembangkan dan dikelola.
Semuanya itu akhirnya menjadikan NTT sebagai salah satu destinasi baru di sektor pariwisata. Bahkan Pemerintah Pusat telah menetapkan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai daerah tujuan wisata baru di Indonesia.
Itu sebabnya, lanjut Frans Lebu Raya, pelaksanaan Tour de Flores (Tdf) tanggal 16-26 Mei 2016 merupakan ajang promosi pariwisata NTT ke dunia internasional.
“Sangat tidak disangka pelaksanaan Tour de Flores yang dicanangkan pemerintah pusat ini bertepatan dengan penetapan NTT sebagai provinsi tujuan wisata. Ini bentuk perhatian dan sekaligus dorongan bagi seluruh warga,” katanya.
Dia mengatakan, tujuan TdF adalah mempromosikan pariwisata NTT agar makin dikenal dunia internasional. Harapannya, setelah Tdf, kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal makin meningkat ke daerah itu.
“Urusan prestasi balap sepeda itu urusan lain, tapi kepentingan kami adalah promosikan pariwisata NTT,” katanya.
Sebanyak 20 tim dari 24 negara di benua Eropa, Amerika, Asia, dan Australia akan ikut serta dalam kegiatan utama TdF, yakni balap sepeda internasional dengan total hadiah Rp8 miliar.
Balap sepeda ini akan menempuh jarak 661,5 kilometer dengan lima etape, yakni Larantuka (ibu kota Kabupaten Flores Timur) – Maumere (ibu kota Kabupaten Sikka). Peserta akan menginap di Maumere. ETapae lainnya adalah Maumere – Ende (ibu kota Kabupaten Ende), peserta mengnginap di Ende.
Selanjutnya etape Ende – Bajawa (ibu kota Kabupaten Ngada), peserta menginap di Bajawa. DIlanjutkan dengan Bajawa – Ruteng (ibu kota Kabupaten Manggarai), peserta menginap di Ruteng.
Kemudian, Ruteng – Labuan Bajo (ibu kota Kabupaten Manggarai Barat), peserta menginap di Labuan Bajo.
Balap sepeda ini akan diselingi dengan kegiatan bazar, kunjungan ke destinasi wisata, serta menyaksikan atraksi budaya di daerah-daerah yang disinggahi.
“Pariwisata Bali itu cerita lama. Pariwisata NTT adalah cerita saat ini dan akan menjadi cerita di masa depan,” kata Gubernur NTT dua periode itu.(Ant/Sun)