Ngemplang Untung Kebagian, Sengsara Bagi Orang Kebanyakan
TRANSINDONESIA.CO – Ngemplang dalam bahasa Indonesia dapat dipahami sebagai tindakan curang atau licik, mau menang sendiri, membodohi sesama bahkan melecehkan aturan yang ada.
Niat ngemplang ini bisa juga menjadi benih korupsi karena sudah memiliki upaya untuk tidak jujur, mengambil keuntungan lebih bagi diri dan kroni. Para pengemplang tidak lagi peduli bagi hidup dan kehidupan di masa yang akan datang.
Yang dipikirkan hanyalah bagaimana mengakali atau mencari peluang untuk menyimpang. Tatkala kesempatan untuk menyimpang semakin banyak maka pengemplang akan semakin bertaburan dan hidup silih berganti.
Dalam masyarakat dan aparatur yang berisi pengemplang maka harapan akan menjadi lebih baik semakin menipis. Tatkala terus menipis maka harapan untuk hidup tumbuh dan berkembang tak mungkin berlangsung.
Harapan telah dikuasai dan didominasi kaum pengemplang dalam bidang apa saja sehingga kesempatan atau peluang hanyalah isapan pepesan kosong. Harapan menjadi palsu dan membuat lesu dan tidak lagi mampu untuk bertahan hidup apalagi menumbuh kembangkan.
Tatkala harapan sirna maka hiduppun menjadi enggan dan mati tak mau. Hidup dalam kondisi aras-arasen tidak bersemangat akan menjadi benalu. Hidup tiada guna matipun belum saatnya. Kondisi inipun bisa dianalogikan pad birokrasi.
Tatkala birokrasi yang sudah aras-arasen, peluang dan kesempatan kaum pecundang semakin besar untuk terus mendominasi sumber daya dan menggerogoti institusi serta rakyat yang dilayaninya.
Pemimpin pembawa harapan untuk dapat menghidupkan dan menumbuh kembangkan kepekaan dan kepedulian dengan memangkas dan mengusir kaum pengemplang sebagai biangnya. Ketidak adilan buahnya.
Birokrasi yang tidak adil membuat anggotanya aras-arasen dan masa bodoh adanya penyimpangan. Ngemplang memang menguntungkan bagi yang kebagian. Bagi rakyat kebanyakan inilah sumber kesengsaraan.[CDL-03052016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana