TRANSINDONESIA.CO – Seringkali kita melihat slogan-slogan pada lembaga-lembaga pemerintah, lembaga pendidikan menuliskan menuju world class ini dan itu. Jika world class menjadi impian atau capaian prestasi tentu proses-proses mencapai arah dan tujuan nampak, atau setidaknya ada tanda-tanda.
Tatkala yang nampak hanyalah tulisan world class di sana sini, timbul pertanyaan apa yang akan dicapai? Mensosialisasikan tujuan mencapai predikat world class atau mensosialisasikan tulisan world class dimana-mana. World class bukanlah sesuatu yang ajaib, dituliskan dimana-mana lalu terwujud. World class adalah sebuah proses perjuangan yang holistik sistemik, yang konsisten dan berkesinambungan.
Standar world class dapat dilihat dari prestasi atau produk kinerja yang mendapat pengakuan tingkat internasional. Konteksnya sesuai dengan konteks masing-masing yang bisa bervariasi antara satu dengan lainya, namun prinsip yang mendasar dan berlaku umum dapat dilihat sebagai berikut:

1.Pemimpin da kepemimpinanya, 2. Sistem manajemen dan pengoperasionalanya, 3. Sistem teknologinya/sistem IT sebagai pendukungnya, 4. Sistem pelayananya, 5. Kualitas/keunggulan produk yang dihasilkanya dan kemanfaatanya, dan 6. Pengakuan dilingkungan internal, nasional, regional dan internasional.
Keenam point diatas merupakan suatu kesatuan yang saling terkait merupakan sistem yang semestinya dibangun dan dibuat standar maupun tahapan-tahapan pencapaiannya.
Tatkala keenam point itu diabaikan atau dijadikan perlengkapan supervisi maupun acara-cara seremonial saja, maka world class akan menjadi sesuatu yang “lebay dan latah”. Tulisan-tulisan dan slogan-slogan akan tetap berdiam ditempatnya tanpa roh dan jiwa yang mampu menggerakkan untuk mencapainya.[CDL-05032016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana