Penderita DBD di Jakarta Meningkat
TRANSINDONESIA.CO – Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di DKI Jakarta terus meningkat. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Koesmedi mengatakan peningkatan itu terjadi seiring dengan meningkatnya itensitas hujan di Ibu Kota.
“Hujan kemudian panas dan hujan lagi, itu membuat siklus pertumbuhan nyamuk semakin cepat,” kata Koesmedi di Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Sementara berdasarkan data yang didapat dari Dinkes DKI, peningkatan penderita DBD terjadi mulai 18 Januari kemarin. Dari lima wilayah di Ibu Kota, Jakarta Selatan tercatat memiliki pasien DBD terbanyak hingga Maret ini.
Sebanyak 33,44 poin penduduk di Jakarta Selatan terjangkit virus tersebut. Dengan wilayah terbanyak di Setia Budi dengan insiden rate (ir) mencapai 45.96/100.000 penduduk. Semakin tinggi insiden rate, semakin besar kemungkinan warga untuk terjangkit DBD.
Tebet dan Kebayoran baru menjadi daerah kedua dan ketiga terbanyak pasien DBD dengan masing-masing IR 40.09 dan 38.38 per 100.000 penduduk. Sementara Pesanggrahan menjadi wilayah terdampak paling kecil dengan IR sebesar 24.16 / 100.000 penduduk.
Jakarta Timur menjadi daerah kedua terbanyak pasien DBD di Ibu Kota dengan IR 26.73 poin. Pulo Gadung menjadi daerah terdampak terbanyak diikuti Duren Sawit yang mencatatkan IR sekitar 35 poin. Diikiti dengan Kramat Jati, Ciracas, Jatinegara, Matraman, Pasar Rebo, Makasar, Cipayung dan Cakung.
Jakarta Barat menjadi daerah ketiga terbanyak penyebarab virus DBD dengan OR sebesar 25.40 poin dibanding lima wilayah Ibu kota lainnya. Cengkareng menjadi daerah paparan terparah DBD dengan IR sebesar 39.76 per 100.000 penduduk. Diikuti dengan Grogol Petamburan (36.82) dan Palmerah (29.83).
Terkait peningkatan tersebut, Koesmesi mengimbau masyarakat untuk lebih aktif dalam memberantas sarang nyamuk, menyusul tidak adanya langkah antisipatif tertentu yang dilakukan dinkes DKI. Koesmedi mengatakan, kesehatan masyarakat dapat terjaga melalui peran aktif warga tersebut dengan pemberantasan saeang nyamuk saja.
“Sekarang cuaca buruk, kalau saja hujan terus terjadi maka jentik akan terbawa arus dan gagal untuk menjadi nyamuk,” katanya.
Koesmedi mengatakan, buruknya cuaca yang terjadi di seluruh wilayah Jakarta juga menyumbangkan peningkatan penyamit semisal batuk, flu atau Diare. Sayangnya, Koesmedi tidak bisa membeberkan peningkatan jumlah pasien penyakit tersebut. “Yang jelas peningkatan itu pasti ada,” katanya.[Rol/Wan]