TRANSINDONESIA.CO – Pemerhati tempat hiburan malam Tete Martadilaga, mempertanyakan penggerebekan yang dilakukan aparat gubungan Polda Metro Jaya, TNI dan BNN di Grand Hotel Paragon.
Sementara, sasaran utama adalah Alexis yang sudah banyak diributkan publik dan di sentil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai ‘sarang’ prostitusi dalam negeri dan luar negeri luput dari penggerebekan.
Tapi ternyata di luar dugaan, ujug-ujug penggerebekan yang dipimpin langsung Wakil Gubernur DKI Jakarta ternyata Paragon. “Saya juga merasa heran. Kok ujug-ujug yang di sikat paragon. Sasarannya pun narkoba, bukan prostitusinya. Kalo narkoba mah tak perlu lah wakil gubernur turun langsung. Di Alexis, 1001 dan Marioboro banyak,” kata Tete seperti ditulis dalam rilisnya, Jumat (26/2/2016).
![Daftar harga PSK di Alexis.[Ist]](http://transindonesia.co/wp-content/uploads/2016/02/alexis-daftar-psk.jpg)
Tete pun menduga, penggerebekan itu hanya sebagai pelipur agar masyarakat tahu kalau polisi sudah menunjukkan kinerjanya. Atau bisa jadi operasi di Paragon hanya razia dagelan untuk menyelamatkan bos AT, pemilik Alexis dan 1001 dan RS, pemilik Marlioboro.
Dijelaskan Tete, Bahkan tempat hiburan kelas wahid seperti Alexis, 1001 Malioboro, Kingcros, Clasic sebenarnya sudah jadi bahan perbincamgan anggota dewan maupun pejabat pemprov DKI.
Belakangan ini tempat hiburan yang jadi sorotan tersebut tak lagi mempertontonkan striptease yg di gelar dipanggung maupun fi toom karoke. Mereka lebih memajukannya lagi dengan mengedepankan praktik prostitusi dengan ada di antaranya memasukan. PSK dari luar negeri, seperti Tiongkok, Vietnam, Filipina, Usbezkistan dan laiinya.
Polisi, kata Tete, seharusnya bisa mengusut perdagangan wanita di tempat tersebut. Germo yang bekerja sama dengan owner. Mereka mengambil gadis-gadis dalam negeri dari Sukabumi dan Cianjut serta kota lainnya. Diduga juga mereka memalsukan KTP untuk merubah tanggal lahir.
“Karena ada dugaan kuat gadis-gadis itu masih di bawah umur. Polisi juga harus mengusut perdagangan wanita lintas negara ini. Bahkan keberadaan PSK asing tersebut tidak lepas dari lemahnya kineja aparat Imigrasi. Pihak Konjen Indonesia di beberapa negara yang ditengarai pemasok wanita penghibur kurang cermat dan begitu mudahnya meloloskan wanita wanita muda masuk Indonedia,” kata Tete.
Memang tidak mudah menyaring mana PSK dan mana yang bukan, lanjut Tete, tapi perdagangan wanita lintas negara jelas ada mafianya. Nah, pertanyaannya mafia ini berkiblat kepada siapa di Indonesia ini? Karena ini menyangkut uang yang tidak sedikit.(Kds/Fya)