Kalau Sudah Duduk Lupa Berdiri

TRANSINDONESIA.CO – Tatkala sudah berkuasa biasanya kebutuhan, gaya hidup dan keinginan-keinginan akan semakin bertambah atau semakin meningkat. Untuk memenihi kebutuhanya diperlukan sumber daya untuk mencukupi.

Cara mencukupi sumber daya, ketika melanggar atau menyimpang dari norma-norma yang ada dapat memicu terjadinya KKN. Tindakan-tindakan yang dilakukan bisa menjadi diskresi aktif atau pasif.

Bagi aparatur penyelenggara diskresi bermakna kebijaksanaan atau tindakan lain di luar jalur hukum yang dibenarkan secara moral dan kemanusiaan. Diskresi aktif akan berdampak pada pemerasan (ekstortion), semestinya tidak bertindak, namun diambil tindakan untuk menakut-nakuuti bargaining dengan harapan mendapat sesuatu (uang, barang, kesepakatan).

Adapun diskresi pasif adalah aparatur semestinya melakukan tindakan atau bertindak tetap malah tidak melakukan tindakan apa-apa. Pura-pura tidak tahu, karena sudah mendapat sesuatu (disuap: bribery), sehingga menjadi lemas dan tidak lagi bs fair. Berat sebelah, pura-pura tidak tahu ada penyimpangan.

Ilustrasi
Ilustrasi

Peluang dan kesempatan inilah yang akan membedakan satu jabatan dengan jabatan lainya dari pendekatan basah kering. Para pejabat pada posisi jabatan basah biasanya akan berusaha mempertahankan status quo.

Trans Global

Perubahan dianggapnya sebagai ancaman, yang membuat penghasil atau pendapatannya akan berkurang bahkan bisa hilang.

Para pejabat pada jabatan basah akan membangun kuda-kuda yang menjadi tameng bagi dirinya atau krooni-kroninya. Dengan harapan akan terus dapat menikmati zona nyamannya.

Menjabat pada posisi atau jabatan basah menjadi core position yang bukan ideal tentunya. Para pejabat tatkala sudah menduduki jabatan basah biasanya menginginkan selama-lamanya menduduki posisi basah.

Para pejabat tatkala menduduki jabatan basah untuk mempertahankan status dan kenyamananya dengan membangun grup atau kroni yang biasanya digunakan untuk menakut-nakuti, mengancam dengan harapan para pembaharu tidak berani melancarkan gempuran-gempuran atau kritikan-kritikan penyadaran.

Kalau perlu para pembaharui dicandui dengan berbagai kenikmakmatan sehingga lupa atau tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.[CDL-19022016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share