Surat Menjepit Urat

TRANSINDONESI.CO – Surat keterangan, persyaratan administrasi, perijinan sering menjadi sarang pungutan liar dan dikuasai kaum mafia birokrasi. Persyaratan-persyaratan manual, konvensional masih saja dilakukan tanpa ada perubahan yang signifikan.

Mereka sudah hafal namun apa esensi dan perlunya surat atau persayaratan tidak lagi dipahami.  Pokoknya itu dan kadang lebh penting suratnya daripada uratnya.

Kita sering mengalami betapa birokrasi yang tidak rasional masih dipertahankan sejak zaman kemerdekaan. Orang-orang yang mengawaki biasanya bukan orang cerdas dan visioner melainkan kelas babu atau robot yang tidak berkarakter, manut-manut saja sesuai dengan setelan agar ndoro bisa senang.

Pejabat-pejabat politik pun spertinya haus akan kenikmatan dan menikmati menjadi ndoro, maka mereka dimanfaatkan juga oleh mafia birokrasi dan kaum babu-babu ini. Mereka otaknya hanya mengeksploitasi sumber-sumber daya yang ada.

Kita lihat saja dari apa yang direncanakan, inilah isi otaknya kalau dianalogikan sebagai dokter inilah resepnya. Memang tidak ada orang sehat minum resep, tetapi tidak akan didapat obat mujarab tanpa resep yang hebat.

Ilustrasi
Ilustrasi

Implementasi dari perencanaan adalah obat yang diberikan untuk menjadi sehat atau mencapai tujuan.

Sayang seribu saying, para ndoro memang bukan kelas dokter yang hebat atau dukun yang canggih,  mereka hanya tukang rebus jamu yang tidak tahu untuk apa.

Kadang kebijakanya malah menyesatkan dan menyengsarakan. Aneh ketika sudah saling mencintai dan semua standar hidup bersama bagi orang dewasa dipenuhi bisa digagalkan atau  dibatalkan karena surat belum ada. Memang di zaman gila lebih suka kawin dengan surat daripada dengan urat.[CDL-09022016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share