Pemilu Taiwan Dimulai
TRANSINDONESIA.CO – Taiwan mulai melakukan pemungutan suara yang kemungkinan bisa memilih pemimpin perempuan pertama dan memberi ketidakpastian akan hubungannya dengan Cina di masa depan.
Cina melihat pulau tersebut sebagai provinsi yang melepaskan diri, dan mereka sudah mengancam untuk merebut kembali pulau tersebut dengan paksa, jika dibutuhkan.
Jika Tsai Ing-wen membawa kelompok oposisi yang dipimpinnya, Partai Progresif Demokratis, DPP, untuk menang, maka ini akan menjadi keunggulan bagi kelompok pro-kemerdekaan Taiwan.
Eric Chu akan mewakili KMT yang berkuasa, dan sejauh ini membawa peningkatan hubungan dengan Cina.
Cina dipastikan akan mengamati hasil pemilu presiden dan parlemen dengan seksama.
Pemungutan suara pada Sabtu ini terjadi beberapa bulan setelah pertemuan bersejarah antara pemimpin dua belah pihak, yang pertama terjadi dalam 60 tahun saat Presiden Ma Ying-jeou dari Kuomintang (KMT) bertemu Presiden Cina Xi Jinping di Singapura pada November untuk pertemuan yang lebih dilihat sebagai simbolis.

Namun selain masalah hubungan dengan Cina, pemilih juga akan melihat isu ekonomi yang memburuk.
Kemenangan pertama adalah Chen Shui-bian yang pro-kemerdekaan – pada masa pemerintahannya sebagai presiden antara 2000 dan 2008, ketegangan dengan Cina meningkat.
Meski begitu Tsai, belum menjelaskan posisinya. Sebagai mantan akademisi, Tsai mengatakan dia ingin “mempertahankan status quo” dengan Cina.
Namun lawannya mengatakan bahwa hubungan akan memburuk karena Tsai tidak mengakui kebijakan “satu Cina”. Tsai menjadi ketua DPP pada 2008 setelah terjadi serangkaian skandal korupsi.
Tsai kalah dalam pemilihan presiden 2012 namun berhasil memimpin partai dalam beberapa kemenangan regional. Dia pun mendapat peningkatan dukungan dari publik karena ketidakpuasan meluas akan KMT dan cara Ma menangani ekonomi dan melebarnya kesenjangan kekayaan.
Eric Chu, 54, adalah wali kota Taipei dan naik menjadi ketua partai pada Oktober. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, KMT menghadapi risiko kehilangan mayoritas di parlemen.
Mantan profesor akuntansi ini populer di kalangan pemuda partai, tapi belum bisa mengubah opini publik yang semakin tak senang dengan posisi partai yang dekat dengan Cina dan kesulitan ekonomi pulau tersebut.
Pada 2014, ratusan pelajar menduduki parlemen dalam sebuah demonstrasi anti-Cina terbesar di Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan nama Gerakan Bunga Matahari, demonstran meminta ada transparansi dalam negosiasi pakta perdagangan dengan Cina.(Bbc/Nov)