Siapa Cepat Dapat, Siapa Kuat Bisa Nyikat
TRANSINDNESIA.CO – Adu kekuatan dan adu kecepatan dalam perebutan sumber daya dan pendistribusian menjadi pemandangan yang lumrah terjadi. Sistem kompetisi yang sehat akan menguatkan dan memotivasi dalam meningkatkan kompetensi.
Namun tatkala kecepatan dan kekuatanya ditujukan untuk nyikat dan mengandalkan pada patron atau pelindung atau cantelan yang memberikan kekuatan maupun kecepatan sebenarnya ini menjadi sesuatu yang semu dan penuh dengan kepura-puraan dan penuh dengan tipu daya.
Apa yang ditampilkan tentu bukan profesionalisme melainkan kemampuan melobby dan merekayasa.
Loyalitas yang bukan pada rakyat yang telah memberinya kuasa tetapi kepada patron yang dianggap sebagai prewangan.
Loyal kepada prewangan membuatnya tidak rasional melainkan dipenuhi tipu daya dan jadinya hanya kucing-kucingan dan pinter-pinteran saja, tentu saja tidak pintar sungguhan.
Mereka bukan ahli melainkan lihai yang akan mengadali dan mempertahankan status quo serta kenyamanan yang telah dan sedang mereka nikmati.
Kekuatan dan kecepatan semu ini akan digunakan sebaik mungkin agar cepat memulihkan modalnya dan mampu merawat jaringan patron client yang telah, sedang dan akan mereka bangun.
Kewarasan akan diabaikan, logika-logika cerdas akan ditukar dengan laporan fiktif dan upaya-upaya ANS ‘Asal Ndoro Senang’.
Kemanusiaan akan dikesampingkan bahkan dimatikan, pemujaan-pemujaan atas kedangkalan dan pengunggulan keterbelakangan akan merajai dan merajalela.
Parahnya lagi kesopanan, kehalusan tutur kata hanyalah menutupi kebusukan dan kepura-puraan yang selama ini dilakukan. Ini sama saja dengan pembusukan dan bunuh diri dari dalam karena organ-organ, system-sistem saling serang dan saling merusak bahkan saling mematikan.(CDL-04012016)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana