Yuan Jadi Mata Uang Internasional

Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China.(Rts)
Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China.(Rts)

TRANSINDONESIA.CO – Penambahan yuan China dalam kelompok mata-mata uang terpilih yang digunakan sebagai tolok ukur oleh Dana Moneter Internasional (IMF) merupakan sebuah tanda, menurut para ahli, bahwa yuan suatu hari nanti akan diakui sama dengan dolar atau euro.

Penambahan yuan ke dalam keranjang mata uang internasional IMF, bersama dolar Amerika, euro, pound sterling dan yen, adalah kemenangan simbolis untuk Beijing. Hal itu mencerminkan semakin pentingnya ekonomi terbesar kedua di dunia itu dan dorongan untuk langkah-langkah China secara bertahap menuju perdagangan bebas mata uangnya.

Para pedagang mata uang dan ekonom melihat perubahan tersebut sebagai dorongan agar Beijing membuat perubahan-perubahan lebih cepat atas janji-janji untuk membuat yuan “lebih bebas diperdagangkan” dan membuka sistem keuangannya.

Apa Dampaknya?

IMF menambahkan yuan ke dalam keranjang mata uang yang digunakan untuk menghitung Special Drawing Rights (SDR), mata uang yang digunakan sebagai standar-standar untuk berurusan dengan pemerintah-pemerintah anggotanya.

Hal itu terjadi setelah staf IMF menyimpulkan dalam laporan 13 November bahwa yuan “bebas digunakan,” artinya dapat digunakan secara luas untuk transaksi-transaksi internasional dan diperdagangkan secara luas di pasar-pasar pertukaran mata uang.

IMF menciptakan sistem SDR ini tahun 1960an sebagai mata uang internasional, namun gagal mendapatkan penerimaan lebih luas. Sampai tahun 1980, keranjang ini memiliki 16 mata uang, termasuk Iran dan Afrika Selatan namun kemudian dikurangi.

Menyusul krisis keuangan global, Beijing pada Maret 2009 menyerukan penciptaan mata uang baru, mungkin berdasarkan SDR, untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar, namun gagal menarik dukungan.

Mengapa Memasukkan Yuan?

China adalah ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat dan pedagang terbesar. Yuan adalah mata uang nomor empat untuk perdagangan global, mencakup sekitar 2,5 persen dari keseluruhan, menurut SWIFT, organisasi pemindahan-pemindahan uang antarbank.

Beijing mengontrol aliran uang ke dalam dan keluar ekonominya namun telah mendorong penggunaan yuan di luar negeri, terutama untuk perdagangan, yang membantu para eksportir China dengan menghapuskan biaya dan risiko tingkat-tingkat pertukaran yang tidak stabil.

Sejak 2009, China telah menandatangani perjanjian-perjanjian pertukaran mata uang dengan bank-bank sentral di Inggris, Brazil, Kanada, Indonesia, Korea Selatan dan negara-negara lain. Cabang-cabang bank pemerintah China di Inggris, Australia, Jerman, Swiss, Rusia, Perancis dan Singapura telah menerima otorisasi untuk mengambil deposit atau melakukan transaksi-transaksi terkait perdagangan dalam yuan.

Dampak terhadap Keuangan Global

SDR tidak memiliki hubungan langsung terhadap pasar-pasar keuangan atau bisnis swasta. Ke depan, keputusan IMF ini mungkin mendorong bank-bank sentral untuk menyimpan cadangan lebih banyak atas yuan.

Ekonom JP Morgan, Haibin Zhu, mengatakan penyimpanan yuan mungkin meningkat sampai 5 persen dari cadangan global, atau sekitar US$350 miliar, dalam lima tahun. Hal itu mungkin mendorong penggunaan yuan lebih besar dalam perdagangan dan investasi.

“Secara jangka panjang, ini merupakan langkah besar,” ujar Stephen Innes, kepala pialang untuk perusahaan mata uang OANDA di Singapura.

“Begitu para investor lebih nyaman dengan pasar-pasar China, terutama jika mereka terus berkembang dengan membuka kebijakan-kebijakan dan membuat langkah-langkah yang sama seperti yang dilakukan dalam setahun terakhir, pasar-pasar internasional akan betul-betul merangkul pasar-pasar modal China.”

Dampak untuk China

Para ekonom mengatakan keputusan IMF dapat mendorong para pemimpin China untuk semakin melonggarkan kontrol atas yuan.

Rencana pembangunan lima tahun yang terbaru dari Partai Komunis mengatakan yuan akan “diperdagangkan dan digunakan secara bebas” tahun 2020. Pengenalan mekanisme baru yang mengejutkan Agustus lalu untuk menetapkan tingkat pertukaran yang dikontrol pemerintah mengarah kepada devaluasi 3,5 persen. Namun pejabat ekonomi teratas negara itu, Perdana Menteri Li Keqiang, mengatakan bulan September bahwa tidak ada rencana untuk penurunan lebih jauh.

Beberapa pialang khawatir Beijing mungkin akan melakukan devaluasi lagi begitu mencapai tujuan dimasukkan ke dalam keranjang IMF. Namun yang lainnya mengatakan para pemimpin China ingin dianggap dapat diandalkan.

Penambahan yuan adalah “pengakuan sebagai mata uang internasional,” ujar Chen Kang, kepala analis obligasi untuk SWS Research Co. di Shanghai.

“Hal itu akan mendorong China mengadopsi lebih banyak langkah untuk mempercepat proses pembukaan pasar-pasar pertukaran mata uang asing dan pasar-pasar modal.”

Konsekuensi-konsekuensi Tak Terduga

Tingkat pertukaran yuan yang ditetapkan pemerintah masih mengikuti dolar meski ada mekanisme baru untuk menetapkan nilainya. Untuk saat ini, hal itu akan membuat yuan seperti dolar tersamarkan, menurut Derek Scissors dari American Enterprise Institute di Washington.

Sampai yuan diizinkan diperdagangkan secara bebas, keputusan IMF akan “meningkatkan pentingnya dolar,” ujar Scissors dalam surat elektronik kepada AP.

“Pemerintahan-pemerintahan atau investor yang berharap lunturnya dominasi dolar untuk diversivikasi portofolio atau alasan politik mendapatkan hal yang sebaliknya.”(Bbc/Met)

Share