TRANSINDONESIA.CO – Tatkala akan merubah dari manual menuju online system, muncul perdebatan, pertentangan bahkan konflik akan begitu besar dan upaya-upaya mempertahankan system manual ini begitu besar.
Berbagai argumentasi dari yang rasional sampai yang irasionalpun dijadikan alasan atau tameng pembenaran.
Kekawatiran, ketakutan akan adanya perubahan begitu besar bahkan mungkin membuatnya trauma dan phobia.
Kenyamanan-kenyaman yang sudah mengakar dan mapan memang menjadi sangat sulit untuk dipindahkan apalagi dicabut.
Cara-cara manual akan lebih pada hubungan person to person, ada baik dan buruknya. Baiknya ada komunikasi saling tukar informasi. Buruknya adalah lambat dan berpotensi berkembangnya KKN, tentu pelayananya tidak dapat dilakukan secara prima.
Bagi petugas-petugas yang mengawaki secara manual mereka sangat bangga dan senang pada posisi-posisi pelayanan apalagi memegang uang cash.
Hati dan jiwanya memang seperti kondektur bus yang selalu menarik uang kepada penumpang dan memberi kembalian bila ada kelebihan.
Memegang dan menghitung uang, serta melakukan transaksi merupakan kebahagiaan tersendiri.
Tatkala diubah online walau sama pendapatanya atau mungkin lebih besar hanya sudah berkurang peluang-peluang KKN, ngenthit, nilep dan sebagainya.
Karena uangnya sudah melalui rekening. Walaupun masyarakat senang dilayani dengan prima namun bagi awaknya merupakan tangisan pilu karena kesenangan, kebahagaiaannya hilang menguap.
Ia tak lagi bisa mempersulit, tak bisa bertransaksi tawar menawar, apa yang dia pegang hanya kode-kode tak ada lagi mengelap tanan pakai uang.
Tatkala semua online, kelompok-kelompok status quo and comfort zone akan kelabakan dan mati dengan sendirinya.(CDL-Jkt03115)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana