TRANSINDONESIA.CO – Ribuan migran yang sebagian besar berasal dari Timur Tengah dan melarikan diri dari perang dan kemiskinan terus berdatangan hari Senin (26/10/2015) melalui wilayah Balkan menuju Eropa Barat, di saat para pemimpin Uni Eropa berusaha keras menghindari bencana kemanusiaan yang mengancam karena musim dingin sedang mendekat dengan cepat.
Sementara cuaca dingin mulai melanda sebagian benua itu, para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan yang ke lima kalinya hari Minggu untuk guna menanggapi krisis itu.
Uni Eropa setuju memperluas pusat-pusat pendaftaran di Yunani untuk menerima 100 ribu lebih migran, meskipun gagal menjembatani perbedaan politik yang memecah benua itu. Perpecahan terjadi antara pemerintah yang bersedia membantu mengatasi krisis itu dan pemerintah negara-negara yang sejauh ini tidak mau menyediakan pemukiman jangka panjang.
Beberapa jam kemudian, Kanselir Jerman Angela Merkel, yang pemerintahannya menyambut baik kedatangan gelombang orang asing itu, menggambarkan krisis itu sebagai salah satu ujian paling berat yang pernah dihadapi oleh Eropa.
Pimpinan Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, mengatakan lebih banyak pusat-pusat penerimaan akan dibangun sepanjang rute Balkan yang ditempuh oleh sebagian besar migran dari Suriah yang dilanda perang dalam beberapa pekan ini. Bangunan-bangunan baru itu akan menampung lebih dari 50 ribu orang, sementara sarana tambahan direncanakan di Yunani untuk 50 ribu lagi migran.
Juncker, yang mengeluarkan hampir 20 gagasan bantuan Senin, menggambarkan pusat penerimaan itu sangat penting untuk mendaftar para migran dan mengelola perjalanan mereka. Tetapi ia juga menyatakan kekecewaan karena janji-janji sebelumnya dari negara-negara Uni Eropa belum dipenuhi.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan lebih dari 680 ribu orang migran dan pengungsi dari Timur Tengah, Afrika dan Asia telah menyeberang ke Eropa melalui laut sejauh ini tahun ini.(Voa/Fen)