TRANSINDONESIA.CO – Semakin keringnya musim kemarau dalam empat bulan terakhir, hotspot kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan masih belum dapat dipadamkan, bahkan tim Australia, Malaysia dan Singapura yang turut membantu memadamkan titik api kesulitan.
Jumlah hotspot di Sumatera dan Kalimantan saat ini fluktuatif, wilayah yang terbakarpun meluas hingga Kalimantan Timur.
Pantauan Satelit Terra Aqua pada Minggu (18/10/2015) pukul 07.00 Wib di Sumatera terdapat 1.085 titik yaitu Jambi 108, Kepri 10, Riau 57, Sumsel 871, Lampung 39.
Sedangkan di Kalimantan 212 titik tersebar di Kalbar 36, Kalsel 11, Kalteng 156, Kaltim 9. Hotspot di Kalimantan ini kemungkinan lebih banyak karena sensor satelit tidak mampu menembus pekatnya asap di Kalteng.
“Sebaran asap juga meluas. Berdasarkan citra satelit Himawari, sebaran asap meluas lagi hingga Singapore dan Malaysia meski dengan kepekatan sedang,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya yang diterima Transindonesia.co di Jakarta, Minggu (18/10/2015).
Di Kalimantan kata Sutopo, hampir seluruh wilayah Kalimantan terkepung asap yang saat ini kondisinya menyebabkan jarak pandang berkurang.
Akibat kabut asap jarak pandang di Sumatera seperti di Pekanbaru 800 meter, Kerinci 100 meter, Jambi 500 meter, Palembang 5 kilometer.
Sedangkan jarak pandang di Kalimantan seperti, Pontianak 1,8 kilometer, Sintang 600 meter, Palangkaraya 800 meter, Muara Teweh 100 meter, dan Tarakan 500 meter.
Untuk kualitas udara (PM10) di Pekanbaru 207 ugr/m3 dinyatakan tidak sehat, Jambi 515 dinyatakan berbahaya, Palembang 305 dinyatakan sangat tidak sehat, Pontianak 299 dinyatakan sangat tidak sehat, dan Palangkaraya 1.200 dinyatakan berbahaya.
“Upaya pemadaman terus dilakukan. Luasnya wilayah yang terbakar dan hostpot yang menyebar menyebabkan pemadaman mengalami kendala,” kata Sutopo.
Kebakaran di Pedamaran, Tulung Selapan dan Air Suginan di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, saat ini terjadi sangat besar.
“Tim Australia, Malaysia, dan Singapore masih kesulitan padamkan api karena angin kencang dan hutan lahan yang terbakar semakin luas. Bahkan personil Australia, yang baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun bekerja memadamkan api,” terang Sutopo.
Untuk bahan kimia pemadam api tergolong efektif tetapi belum semua titik ap dapat dipadamkan.
“Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman api dan memang efektif. Namun belum semua hotspot dapat dipadamkan,” kata Sutopo.(Lin)