Di Jawa Barat Banyak Janur Kuning Pernikahan “Dicuri”

Seorang panitia pernikahan tengah memegang papan nama dan penunjuk alamat yang dipasang pada janur kuning pernikahan Fajar – Fara.(Transindonesia.co/Ami)
Seorang panitia pernikahan tengah memegang papan nama dan penunjuk alamat yang dipasang pada janur kuning pernikahan Fajar – Fara.(Transindonesia.co/Ami)

TRANSINDONESIA.CO – Musim hajatan pernikahan pasca musim haji atau Idul Adha bagi kaum muslim untuk menikahkan putra-putrinya menjadi tradisi tersendiri di Indonesia.

Halnya Idul Adha 1436 H , banyak masyarakat yang mengelar pesta pernikahan putra atau putrinya karena dianggap hari baik.

Meski niat baik dari tiap keluarga yang melangsungkan pesta pernikahan putra atau putrinya, tapi masih saja ada yang menghalalkan segala cara yakni, dengan mengganti papan nama atau penunjuk jalan yang sedang melangsungkan hajatan.

Pernikahan Fajar – Fara yang tengah melangsungkan pesta pernikahan di Blok E, Perumahan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (11/10/2015), di janur kuningnya sebagai penanda bagi tamu undangan diganti dengan nama Dwi – Ari yang juga melangsungkan pernikahan di Blok R dikawasan perumahan yang sama.

“Ini pencurian janur namanya,” kata Sukma salah seorang warga Blok E yang juga panitia pernikahan Fajar – Fara kepada Transindonesia.co, Minggu (11/19/2015).

Dedeh salah seorang warga Blok E meyebutkan, pencurian atau pengantian papan nama di janur kuning sering terjadi di Jawa Barat.

“Bukan hanya disini (Bekasi) saja, di Bandung juga sering terjadi hal ini,” katanya.

Sedangkan Teguh, panitia yang bertugas memasang janur dan papan nama penunjuk alamat pesta Fajar – Fara mengungkapkan, telah mengambil papan nama dan alamat Dwi – Ari yang dipasang di janur Fajar – Fara.

“Kami memasang janur pada Sabtu (10/10/2015) malam, dan siang ini diganti dengan papan nama orang lain. Saya sudah copot dan kembali pasang nama Fajar – Fara lagi yang dibuang di tidka jauh dari janur,” ungkap Teguh.

Teguh berkeyakninan, bahwa pencurian janur kuning itu tanpa sepengetauhan tuan rumah atau keluarga yang hajatan.

“Saya yakin tuan rumah juga tidak tahu, itu kerjaan panitia yang tidak mau capek saja. Mengganti papan nama orang lain tanpa mau kerja keras,” ucap Teguh.

Meski hal ini banyak terjadi, tetapi sampai saat ini tidak banyak orang mempersoalkannya. Peristiwa ini juga sering luput, karena pada pemasangan janur tidak dijaga secara khusus.

Begitu pula pihak keluarga yang dirugikan tidak prnah melaporkan hal tersebut pada pihak berwajib.

Padahal pristiwa ini tidak saja akan merepotkan tamu undangan yang bisa kesasar mencari alamat yang dituju, tapi juga dapat menimbulkan kerugian material baik dari tamu maupun tuan rumah yang sedang menyelenggarakan hajatan.(Ami)

Share