TRANSINDONESIA.CO – Dunia tengah prihatin dengan krisis pengungsi asal Timur Tengah yang membanjiri Eropa. Banyak warga negara Suriah yang mencari selamat ke daratan Eropa. Mereka memilih mengungsi ke Eropa dengan harapan bisa aman dalam menjalani kehidupan.
Kondisi tersebut mengingatkan masa lalu salah satu manajer Google, Rita Masoud. Ia mengaku pernah merasakan getirnya menjadi pengungsi. Perempuan yang kini menjabat sebagai Manajer Proyek Pemasaran Google itu mengatakan, ia merupakan pengungsi dari Kabul, Afghanistan.
Dikutip dari Huffington Post. saat usia tujuh tahun, ia bersama keluarganya mengungsi ke Eropa dengan barang bawaaan seadanya. Di dalam keluarganya yang berjuang mengungsi saat itu adalah bapak, ibu, adik perempuan dan adik laki-lakinya.
Awalnya, ia dan keluarganya ingin mengungsi ke Rusia. Namun, mereka mendapat suaka untuk tinggal di Belanda. Masoud mengatakan, saat mengungsi dari tanah leluhurnya, ia dan keluarganya hanya membawa satu koper. Ia mengenang perjalanannya ke Benua Biru begitu berat.
“Perjalanan kami menggunakan banyak kereta dan menumpang bus. Kami lapar, haus, dingin dan ketakutan,” ujarnya mengenang.
Untungnya, dia bersama keluarganya saat itu bisa mendapatkan suaka di Belanda.
“Di sini saya dibesarkan dalam lingkungan yang aman dan mampu menemukan jalan dalam hidup,” ujarnya.
Manajer Google itu merasa beruntung bisa mendapatkan lingkungan yang aman untuk melanjutkan hidup. Namun, ia prihatin dengan krisis pengungsi yang saat ini terjadi.
“Banyak orang seperti keluarga saya menyedihkan untuk mendapatkan bantuan,” kata dia.
Dalam blognya, perempuan ini mengaku saat ini tinggal di San Francisco dan bekerja di Google. Dalam tulisannya di blog pribadinya, Masoud mengatakan, ingin berbagi cerita dan semangat kepada para pengungsi. Ia mengatakan, para pengungsi merupakan orang-orang biasa yang memiliki kehidupan luar biasa. Mereka berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
“Saya ingin menunjukkan bahwa pengungsi bukan hanya orang tak berdaya yang membutuhkan dukungan dan sumber daya. Sebab, begitu mereka menemukan jalan, maka mereka akan berkontribusi dan akan mengembalikan semuanya.”(Nik)