TRANSINDONESIA.CO – Perilaku orang berlalu lintas merupakan cermin budaya bangsa? Mantan Presiden AS, Bill clinton mengatakan, kalau mau melihat bagaimana suatu negara atau bangsa lihatlah perilaku masyarakatnya dalam berlalu lintas.
Kebudayaan sebagai fungsi dapat dipahami sebagai segenap, keyakinan, pengetahuan dan konsep, teori yang dimiliki seseorang, kelompok atau institusi maupun masyarakat yang digunakan secara selektif prioritas dalam mengeksploitasi pemberdayaan sumber daya yang dilakukan dalam pranata.
Sejalan dengan konsep tersebut dapat dipahami bahwa perilaku yang dilakukan sehari-hari dan menjadi kebiasaan merupakan refleksi atas pengetahuan dan keyakinan yang berkaitan dengan keselamatan.
Tatkala bangga kalau melanggar, atau tertib karena takut ditilang polisi, ini mencerminkan ketiadaanya kesadaran, kepekaan dan kepedulian akan keselamatan bagi dirinya maupun orang lain.
Keselamatan yang utama dan pertama menjadi terabaikan dan diganti dengan cara-cara yang sarat dengan kepura-puraan. Kecelakaan lalu lintas terjadi dimana-mana dan bisa setiap saat terjadi, namun siapa peduli?
Semua berlalu lewat begitu saja seakan jiwa menjadi tiada berharga lagi. Apakah ini cermin diyakininnya sumber daya manusia sebagai aset utama bangsa? Tentu saja tidak, ketika manusia dijadikan aset utama maka keselamatan akan diutamakan.
Infrastruktur, edukasi, penegakkan hukum akan menjadi prioritas dalam membangun budaya tertib berlalu lintas. Program2-program keselamatan akan menjadi bagian edukasi sepanjang hayat.
Lalu lintas selain sebagai cermin budaya bangsa , juga merupakan urat nadi kehidupan dan cermin tingkat modernitas.
Refleksi dalam keselamatan berlalu lintas semestinya menjadi kebanggaan atas ketaatan dan kepatuhan hukum, dan infrastruktur cermin dari modernitas dan keseriusan stake holder dalam membangun keselamatan, serta penegakkan hukum menjadi program unggulan sebagai refleksi tingkat peradaban bangsa.(CDL-Jkt030915)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana