Debat JK – Rizal Seperti Anak SMP, Tapi Tak Bisa Berbuat

Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli

TRANSINDONESIA.CO – Tak ubahnya seperti anak SMP atau aktivis yang saling debat, dua tokoh yang kini duduk dipemerintahan pertontonkan debat kusir yang justru membuat bingung dalam kesulitan ekonomi saat ini.

Sebaiknya kita melihat dulu peran kedua pejabat negara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Rizal Ramli yang baru diangkat sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman.

Semua warga Indonesia tahu keduanya adalah sosok pejabat yang menempati gedung megah dan fasilitas negara untuk kepentingan rakyat Indonesia dari keterpurukan.

Tapi yang terjadi, Yusuf Kalla dan Rizal Ramli justru saling menantang debat di depan umum untuk mempertontonkan siapa yang unggul dalam debat bukan siapa yang unggul dalam bertindak.

“Siapapun, termasuk anak SMP bisa berdebat tapi yang penting itu tindakan, sadarkah keduanya bukan lagi mahasiswa,” pendapat seorang warga dalam diskusi yang diadakan Komunitas Veteran Wartawan (LVW) di Bekasi, Jawa Barat, kemaren.

Tak sepantasnya dua tokoh bangsa itu menonjolkan kepandaian dalam keilmuan atau olah kata sehingga memperuncing situasi perekenomian yang sedang “galau”. Alangkah eloknya, kalau Pak Jusuf dan Pak Rizal, mendiskusikan masalah yang dihadapi bangsa untuk mencari kesamaan bukan mencari perbedaan.

“Percuma kalau cuma bisa berdebat, tapi tak dapat berbuat,” kata seorang peserta diskusi. Berdua seharusnya, saling bahu membahu menyorong langkah dan program Jokowi, presiden, bukan sebaliknya.

Sementara itu dalam kata bijak Emha Ainun Nadjib yang akrab disapa Cak Nun, hakikat hidup bukanlah apa yang kita ketahui, bukan buku-buku yang kita baca atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan. “Bermanfaatkah tindakan atau langkah pejabat itu untuk rakyat,” kata Cak Nun.

Anda tak bisa menghakimi ekspresi seseorang hanya dengan melihat bunyi kata-katanya, melainkan Anda harus perhatikan nadanya, nuansanya, letak masalahnya. Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah? Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian manusia sehingga ia makin sanggup memahami orang lain?

Perang media ini, mencuat setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta menteri Kabinet Kerja untuk mempelajari setiap program yang ada sebelum memberikan komentar. Saran ini menyusul komentar Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli terkait proyek listrik 35.000 megawatt.

Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menantang balik kritik yang dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. JK menilai Rizal tak paham dengan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt. “Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum,” kata Rizal di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2015).

Pak Kalla minta Rizal memahami persoalan sebelum menyampaikan kritik di publik. Sebagai menteri, harus pelajari dulu sebelum berkomentar. Memang tidak masuk akal, tetapi menteri harus banyak akalnya. Kalau kurang akal pasti tidak paham itu memang.(Min/Yan)

Share