
TRANSINDONESIA.CO – “Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah …” Penggalan lagu panggung Sandiwara yang dinyanyikan gaek Ahmad Albar menjadi peringatan bagi kita yang selalu penuh dengan kepura-puraan, tidak tulus dan mempermainkan demi sebuah kepentingan.
Sandiwara merupakan pertunjukan yang melakonkan kisah yang sebenarnya, namun apa yang ditampilakan semuanya diseting atau dibuat seolah-olah benar dan sesuai faktanya.
Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini sering dianggap sebagai sandiwara dan apa yang dipikirkan, dikatakan dan yang dilakukan tidak konsisten. Penuh dengan agenda-agenda terselubung , dan yang ditonjolkan kepentingan-kepentingannya bukan ketulusan hati.
Isuk dele sore tempe , mencla mencle, plin plan, bunglon, tidak berpendirian, bagai ular berkepala dua dan banyak analogi lainya dalam sandiwara.
Sulit menghadapi dan memajukan orang-orang yang demikian. Apapun yang diprogramkan atau dicanangkan akan mudah dibelokkan.
Dampak dari sikap spt ini adalah maraknya KKN, UUD (ujung-ujungnya duit), yang dibenaknya wani piro oleh piro, beranggapan tidak ada makan siang yang gratis, selawe njaluk slamet, dan banyak plesetan lainnya yang bisa diajukan untuk menganalogikannya.
Pemikiran dunia sebagai panggung sandiwara bisa jadi obat kecewa, atau dampak kekecewaan atau ketidak percayaan maupun kepasrahan.
Dari sisi mana melihatnya, dunia ini memang bagai wayang dengan dalang yang menata, mengatur dan memainkan. Korbannya adalah lagi-lagi rakyat yang selalu dikalahkan atau dijadikan wayang yang setiap saat bias menjadi tumbal.(CDL-Jkt070515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana