TRANSINDONESIA.CO – Pers tanda hidupnya informasi dan komunikasi, yang merupakan pencerdasan kehidupan suatu bangsa, kekuatan civil society, bisnis informasi yang menggiurkan dan bentuk empowering dan menjadi wadah untuk berbagai kepentingan.
Pers yang sehat akan mencerdaskan, menguatkan dan menjadikan rakyat semakin sadar dan paham akan dunia dan hiruk pikuknya.
Bagi pemerintah dan lembaga-lembaga penyelenggara negara lainya dapat menjadikan ajang bagi kepentingan politik dan mensejahterakan rakyatnya.
Pers simbol kebudayaan dan tingginya peradaban. Di era digital banyak pers yang serampangan dan menjadikan sebagai lahan adu domba, sekedar mencari uang, dan peduli setan yang lain rusak.
Monopolis dunia media pun menjadi salah satu super power penguasaan soft power dan opini publik. Tak jarang dengan medianya menyampaikan hal-hal pembenaran bukan kebenaran.
Sulit memang mengontrol di era digital seperti sekarang ini. Hanya hati nuranilah kunci dan jalurnya penguat hati dan penyemangat jiwa raga dalam mengolah informasi.
Bebas dalam masyarakat yang modern dan beradab adalah bebas yang mempunyai tanggung jawab dan tetap berpegang teguh pada spiritualitas pers bukan lagi bad news is a good news.
Tidak juga menjadikan media ajang pamer ketololan. Pemanfaatan situasi sebagai kesempatan dalam kesempitan, menari dalam kesusahan orang lain, menakut-nakuti dan mengancam, membuly dan berbagai pemutar balikan fakta sudah menjadi hal yang memalukan, memuakan dan menjijikan.
Pers memang harus sehat, cerdas dan terus bijaksana sehingga apa yang menjadi cita-citanya untuk memberi informasi, menginspirasi, memotifasi, memfasilitasi, menguatkan, memberdayakan, mendidik, menghibur hingga menyadarkan dapat dilakukan.
Pers yang bebas sehat cerdas dan bijaksana adalah mata hati bangsa merdeka yang besatu berdaulat adil dan makmur. (CDL-Jkt030515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana