TRANSINDONESIA.CO – May Day, kalau dianggap sebagai hari buruh yang menjadi ikon/simbol kemanusiaan, bukankah semestinya fun and happy?
May Day dirayakan diseluruh dunia dan semestinya menjadi hari yang membahagiakan, inspiratif dan ajang tontonan peradaban kaum proletar.
Tidak perlu khawatir kalau pemimpin dan massanya beradab, semuanya akan berjalan aman, lancar, tertib dan tidak menimbulkan ketakutan.
Kaum buruh bukan pesuruh, disinilah ia mampu menunjukan karyanya, fun, keunggulanya dalam seni danbudaya misalnya, atau mungkin teknologi dan lainnya.
Tatkala buruh dianggap pesuruh maka, yang ditampilkan adalah gaya-gaya perusuh, tidak ada lagi empati. Yang ditampilkan bukan menginspirasi malahan nggilani dan njelehi (muak danmenjijikan).
Perilaku kaum buruh cerminan ketua dan pengurusnya. Tatkala para ketua dan pengurusnya cerdas maka, ia akan benar menunjukan kepiawaianya dalam berbagai hal dan andalanya bukan dengan gerombolan massa.
Demokrasi bukanlah karena teriakan lantang dijalanan, bukan pula mengamuk bagi kerbau kesetanan dan menyosor apa saja yang ada dihadapannya.
May Day semestinya menjadi hari yang memanusiakan para kaum buruh. Bukan lagi ajang untuk grudag grudug yang kontra produktif, menakutkan sekaligus menyebalkan bagi siapa saja. (CDL-Jkt300415)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana