TRANSINDONSESIA.CO – Menjadi polisi adalah pangilan jiwa, jalan hidup yang bukan sekedar untuk kerja dan mencari kehidupan. Polisi, sebagai aparat negara yang mempunai tugas dan tangung jawab memanusiakan manusia, mengangkat harkat dan martabat manusia, menolong, membantu, melayani, melindungi mengyaomi dengan ketulusan hati dan segenap jiwa dan raganya.
Pekerjaanya bukan hanya atas perintah dan atas keterpaksaan atau atas tekanan melainkan, atas dasar kesadaran.
Tatkala kesadaran, akankah hanya bekerja setengah hati? Akankah hanya sebatas mencari gaji? Tentu saja tidak. Ia akan terus berjuang dan terus berupaya mengembangkan segala daya dan kemampuannya untuk kemanusiaan.
Polisi sang penjaga kehidupan, sang pembangun peradaban dan sang pejuang kemanusiaan sekaligus.
Menjadi Polisi kesadaran hati menguasai budi menggerakan indera, ini semua merupakan satu rangkaian otak, otot dan hati nurani.
Polisi musuh orang jahat, dibenci para pelaku maksiat namun, ia dinanti dan menjadi harapan bagi rakyat. Polisi memang suatu profesi namun, ia sebenarnya lebih dari itu karena merupakan jalan hidup menjadi pilihan hati untuk dapat mengabdi dengan tulus.
Menjadi Polisi yang baik dan benar memang sulit, makan hati, menyedihkan, bahkan dianggap duri dalam daging oleh kelompok mafia brokrasi, yang merasakan bahwa Polisi ada dalam genggamanya.
Merasa semua miliknya dan kroni-kroninya sehingga sesuka dan semau-maunya ia bersuka tak peduli rakyat dan anggotanya berdduka.
Panggilan hidup, pilihan jiwa namun, tak jarang terjebak pada kenikmatan-kenikmatan semua, pangkat, jabatan, kekuasaan, kekayaan yang sebenarnya menyesakan dan membutakan instiutusi dari yang hakiki sebagai Polisi.
Tatkala kita sudah mengetahui apa Polisi dan akan kemana saat menjadi Polisi, bertanyalah dalam hati akan berbuat apa bagi Polisi dan Pemolisianya?
Jawaban pasti beraneka ragam, banyak cara pandang dan pendekatan. Namun, kita pahami secara mendalam akan kecintaan, kebanggaan sebagai Polisi maka, benang merahnya dapat dipahami antara lain:
1.Dari kategori hati nurani, akal dan budi, senantiasa menjadi sadar bahwa Polisi dann Pemolisian adalah bagi manusia dan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. Kesadran ini semestinya dibangun terus menrus dan diajarkan untuk terus dapat ditingkatkan. Aura positif sebagai Polisi akan membawa kepada hidup rakyat yang semakin meningkat dan tentu dengan sadar dan berangguungjawab tidak menyikat uang rakyat. Menjadi Polisi adalah syukur dalam doa dan perbuatan untk membayar hutang kepada rakyat.
2. Dalam bentuk Pemolisian harus mampu menunjukan proaktif dan problem solving yang mengutamakan pencegahan dan pembangunan karakter masyarakat yang dilayaninya. Mampu mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan bahkan ganggguan bagi masyarakat. Polisi keberadaanya menjadi berkat sehingga aman, menyenangkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Polisi mampu menjadi ikon bagi kemanusiaan, agen-agen perubahan panutan, teladan, menginspirasi, memotivasi, memberdayakan dan tentu saja berani keluar dari zona nyaman menuju perbaikan dan peningkatan. Ikon tadi ditunjukan sebagai Polisi yang profesional, cerdas, bermoral dan modern.
Setiap kata diatas adalah konsep yang hrs dijabarkaan dan diwujudkan, baik dari segi kepemipinan, adminstrasi, operasional dan capacity buildingnya.
Tatkala mengaku menjadi Polisi tunjukan dalam pemikiran, sikap, perilaku dalam Pemolisian berhati nurani, tulus memberikan hati dan segenap akal budi untuk memajukan, meningkatkan kualitas huidup dan membangun peradaban masyarakat yang patuh hukum.
Keamanan, rasa aman, penegakkan hukum dan keadilan sebagai core bussines dalam memanusiakan manusia untuk mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, kelompok, masyarakat bahkan bangsa dan negara.(CDL-Jkt041214)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana