Ekstrim Landa Bali dan Nusa Tenggara

Kekeringan landa sebagian wilayah dibagian Timur dan tengah Indonesia.(ist)
Kekeringan landa sebagian wilayah dibagian Timur dan tengah Indonesia.(ist)

TRANSINDONESIA.CO – Lebih dari 50 wilayah di Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan ekstrem hingga akhir September. Hal itu karena hujan belum turun lebih dari 60 hari.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang diambil dari alat penakar hujan di setiap daerah, hujan hanya terjadi di Stamet Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Banyak titik yang kami beri tanda merah, hal tersebut berarti kekeringan ekstrim,” kata Evi Lutfiati, Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG, Selasa, (7/10/2014).

Beberapa daerah di Nusa Tenggara yang terkena kekeringan antara lain Lape, Lambu, Madapangga, Majeluk, Monta, Moyohilir, Moyohulu, Mujur, dan Terano. Sebagian besar kekeringan terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Selanjutnya di wilayah Bali, kekeringan terjadi di Banyupoh, Bengkala, Bondalem, Catur, Grokgak, Pecatu, Tianyar, dan lainnya.

“Meski dilihat dari indikasi kekeringan banyak terjadi, namun masih banyak tempat yang masih memiliki ketersediaan air cukup,” ungkap Evi.

Di Jawa Timur kekeringan juga terjadi di berbagai daerah seperti Lamongan, widang, Tugu, Sumberejo, dan sebagainya.

Pada awal Oktober, beberapa wilayah di Jawa Tengah juga berpotensi kekeringan, di antaranya Demak, Pati, Rembang, Boyolali, Purworejo, Sragen, Wonogiri, Klaten, dan Wonogiri.

BMKG memperkirakan, musim hujan akan dimulai pada November. Diharapkan hujan akan segera turun di beragam daerah kekeringan tersebut.(rol/oki)

Share