Bulog Sumut Tambah 55 Ribu Ton Beras Impor

Beras Bulog.(dok)
Beras Bulog.(dok)

TRANSINDONESIA.CO – Bulog Sumatera Utara menunggu masuknya lagi 55.000 ton jatah beras impor daerah itu setelah beras yang sebelumnya sudah masuk sebanyak 9.500 ton selesai dibongkar dan dimasukkan ke gudang akhir pekan lalu.

“Bulog masih menunggu 55.500 ton beras sisa jatah Sumut yang sejumlah 65.000 ton. Pasokan memang dilakukan bertahap sejak dimulainya akhir Agustus hingga awal September 2014,” kata Humas Perum Bulog Divre Sumut, Rusli di Medan, Senin (15/9/2014).

Adapun beras yang masuk ke Sumut sebanyak 9.500 ton itu merupakan bagian dari 50.000 ton total impor secara nasional yang direncanakan pemerintah masuk di bulan Agustus lalu.

Dia menegaskan, secara total Sumut, mendapat jatah 65.000 ton dari 500.000 ton total beras yang akan diimpor Bulog sesuai Surat Menteri Perdagangan RI tanggal 20 Juni 2014.

Beras impor itu berasal dari India, Kamboja, Myanmar, Thailand dan Vietnam.

“Mudah-mudahan beras itu segera masuk lagi agar stok menjelang akhir tahun semakin aman,”katanya.

Trans Global

May Day, Fun and Happy?

Jakarta Kembali Diakui Kota Peduli HAM

Walaupun dengan stok yang tersedia saat ini sebanyak 41.500 ton, beras itu sudah bisa untuk kebutuhan rutin atau Raskin hingga akhir tahun yang hampir 12.000 ton per bulan.

“Stok perlu semakin aman karena untuk berjaga-jaga bagi keperluan bencana alam dan termasuk untuk pengamanan beras daerah lain,”katanya.

Seperti diketahui, katanya, kebijakan impor itu untuk menjaga kestabilan pasokan beras di dalam negeri, apalagi berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional turun 1,98 persen atau menjadi tinggal 69,87 juta ton dari tahun lalu yang mencapai 71,28 juta ton.

Perkiraan produksi beras oleh BPS itu lebih rendah dari target produksi pemerintah yang sebesar 73 juta ton.

Ketua Tim Ahli Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut, Difi A Johansyah, menyebutkan, hingga sejauh ini harga beras masih terkendali meski banyak faktor yang bisa memicu kenaikan harga bahan pangan utama itu.

Harga beras yang terkendali merupakan dampak positif dari terjaganya stok beras di Bulog, di tangan pedagang dan masyarakat khususnya di tangan penerima manfaat Raskin.

“Data BPS menunjukkan per bulannya, hampir sama sekali tidak ada sumbangan beras dalam pemicu inflasi dan itu diusahakan terus oleh TPID,”katanya.(ant/don/sur)

Share