TRANSINDONESIA.CO – Orangtua selalu menginginkan kebahagiaan atas putra-putrinya. Karena itu, sebagian orangtua sulit menolak keinginan anak.
Tapi, apakah langkah tersebut benar untuk dipraktikkan?
Harriet Dean, konsultan anak, mengatakan sebenarnya orangtua tidak harus selalu memenuhi keinginan anak. Selalu mengabulkan permintaan anak akan berimbas pada masa depannya.
Kata “tidak” yang selalu identik dengan penolakan, sebenarnya bisa menjadi kata yang positif jika diterapkan dengan benar.
Ketika mengatakan “tidak”, kebanyakan orangtua akan menghadapi reaksi-reaksi negatif. Misalnya, menangis, berdebat, dan mengemis. Dan respons ini justru menjebak para orangtua untuk menyetujui apa yang anak inginkan.
Harriet menyarankan para orangtua perlu mengajari anak mengenai kenyataan bahwa tak semua hal harus dimiliki oleh mereka. Dengan menolak permintaan mereka, mereka akan memahami bahwa mereka pun bisa mengatakan “tidak” dalam situasi tertentu.
“Mengatakan “tidak” membantu anak menerima batas-batas mereka, sebagai persiapan kehidupan yang lebih sulit ketika dewasa nanti,” jelas Harriet, dikutip dari Female First.
Umumnya, bayi yang sehat baru akan memahami kata “tidak” pada usia 9-12 bulan. Namun untuk menghindari dampak psikologis pada bayi, orangtua harus lebih kreatif dalam mencari padanan kata lain yang maknanya sama dengan kata “tidak”.
“Misalnya ketika mereka mendekati oven, anda bisa menggantinya dengan kata “panas”, dan mengilustrasikan kata tersebut dengan gerakan,” katanya.
Selain menjaga anak tetap aman, cara ini juga bisa membantu anak memperkaya kosakata yang baru dipelajarinya.
Sementara untuk anak dengan usia yang jauh lebih besar, orangtua harus melakukan langkah-langkah penolakan dengan hati-hati. Orangtua bisa menjelaskan bahaya yang dialami anak jika mereka mengabulkan permintaan anak.
Yang paling penting adalah, tetap konsisten dengan alasan yang diberikan, dan tidak memberikan ancaman. Orangtua juga harus lebih sering memuji anak atas perilaku terpuji mereka, karena dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri anak.
Memang, terkadang menyetujui keinginan anak adalah hal yang lebih mudah dilakukan. Namun, orangtua harus mempertimbangkan dampak yang diterima anak nanti. Jika terlalu sering menyetujui hal yang mereka mau, anak cenderung merasa bisa mengontrol orangtua dengan jurus ‘tangisan’ mereka.(rol/sis)