TRANSINDONESIA.CO – Pengusaha Tomy Winata yang biasa disapa dengan TW mengatakan, diperlukan biaya dua juta dolar Amerika Serikat setiap tahun untuk mengelola konservasi alam dan rehabilitasi Harimau Sumatera di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Lampung Barat.
“Kami mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Artha Graha Network, teman-teman di Yayasan Artha Graha Peduli, termasuk uang pribadi,” kata Tomy Winata di Jakarta, kemaren.
Tomy mengatakan TWNC sama sekali belum pernah mendapat bantuan dana dari pemerintah, kecuali berbentuk supervisi dan kemudahan perizinan.
“Kami mendapat supervisi dari Kementerian Kehutanan dan dukungan dari pemerintah setempat untuk mencegah ‘illegal logging’, ‘illegal fishing’ dan ‘illegal hunting’. TNI dan Polri juga ikut menjaga untuk mencegah perambahan dan perburuan liar,” tuturnya.
Bos Artha Graha Group itu mengatakan seluruh kerja sama dengan berbagai pihak itu selama sudah berjalan baik sejak dia masuk ke Tambling pada 1997, meskipun tetap perlu penyempurnaan pada beberapa hal.
Menurut Tomy, keinginannya mengelola TWNC semata-mata berawal dari keterpanggilan untuk menyelamatkan alam. Dia menceritakan sebelumnya masyarakat setempat cenderung melakukan kegiatan yang merusak alam.
“Setelah kami masuk, kami bergandengan tangan dengan masyarakat untuk melestarikan alam,” ujarnya.
Tomy mengatakan di TWNC tidak hanya ada harimau karena juga ada badak, gajah, rusa dan beberapa satwa endemik Sumatera lainnya.
Organisasi konservasi kucing besar liar internasional Panthera memberikan penghargaan kepada Indonesia atas keberhasilan konservasi harimau sumatera dalam pertemuan tahunan “Tigers Forever” di Jakarta.
Phantera memberikan penghargaan kepada Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Pemerintah Provinsi Lampung, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Kepala Badan Nasional untuk Perubahan Iklim Rachmat Witoelar dan Yayasan Artha Graha Peduli-Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).(ant/sof)