TRANSINDONESIA.CO – Lebih dari seratus hektare lahan gambut di pulua terluar di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dilaporkan telah terbakar dan menyebabkan kabut asap pekat di sebagian wilayah itu.
“Kami telah melakukan pemantauan ke lokasi kejadian dan ditemukan sejumlah titik kebakaran itu. Perkiraan sementara ada seratus hektare lahan yang rata-rata milik warga terbakar,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemadam Kebakaran (Damkar) melalui Kepala Bidang Damkar, Suiswantoro.
Pulau Rupat merupakan pulau di Kabupaten Bengkalis yang berbatasan langsung dengan Malaka, Negara Malaysia.
Ia mengatakan, lima titik kebakaran di pulau Rupat sudah terjadi sejak empat hari lalu dan belasan personil Damkar sudah diterjunkan ke lokasi kebakaran sejak tiga hari lalu.
Sejumlah titik kebakaran lahan itu tepatnya berlokasi di Kampung Jawa, Desa Sei Injab, Kelurahan Batu Panjang, Dusun Jeram dan Desa Terkul.
Personel yang diterjunkan ke sejumlah lokasi itu melakukan upaya-upaya dini dengan juga dibantu oleh sejumlah warga.
Selain dilakukan pemadaman melalui jalur darat, kata dia, juga telah dilakukan upaya pemadaman lewat udara dengan menerapkan water boombing.
“Water bombing dilakukan dengan menggunakan satu helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” katanya.
Menurut dia, upaya pemadaman yang dilakukan tersebut membuahkan hasil, di empat titik kebakaran, api sudah bisa dikendalikan dan hanya satu titik yakni di Desa Terkul yang masih cukup besar.
“Kondisi panas dan angin kuat seperti ini membuat penyebaran api sangat cepat. Kami masih terus berusaha,” katanya.
Informasi dari BPBD Bengkalis juga menyebut, kebakaran juga terjadi di Kecamatan Siak Kecil tepatnya di atas lahan yang berada di kawasan Desa Sei Linau.
“Ada tiga titik api terpantau di desa tersebut, kebakaran juga sudah terjadi sejak beberapa hari lalu,” katanya.
Untuk di Kecamatan Siak Kecil, lanjut kata dia, BPBD sudah menurunkan 20 personil Damkar.
“Sejak beberapa hari lalu upaya pemadaman terus dilakukan, diperkirakan satu atau dua hari ini api berhasil dijinakkan. Itu kalau cuaca juga mendukung,” katanya.
Ia mengatakan, kuat dugaan peristiwa ini dilakukan oleh orang-orang yang melakukan pembersihan lahan.
“Kendati sudah berulang kali diingatkan dan sudah banyak yang diamankan, namun sepertinya tidak membuat masyarakat jerah,” katanya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan, sejak beberapa hari terakhir Satelit NOAA 18 dan Modis Terra dan Aqua telah merekam keberadaan ratusan titik panas (hotspot).
Titik panas yang dimaksud patut diduga sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan penyebab kemunculan polusi asap.
Pada “musim” kebakaran lahan kali ini, Kepolisian Daerah Riau juga telah menangkap beberapa pelaku dugaan pembakaran lahan.
Sementara pada “musim” kebakaran sebelumnya, sejak Januari hingga Maret 2014, kepolisian telah menetapkan sebanyak 116 orang sebagai tersangka dan satu dari pihak korporasi di Kepulauan Meranti.(ant/ful)