TRANSINDONESIA.CO – Pemberian upah buruh murah tak selamanya menguntungkan satu negara. Buktinya di negara satu ini. Di saat bersamaan, upah buruh yang rendah ternyata memperlambat laju pertumbuhan ekonomi di Meksiko.
Mengutip laman Reuters, Selasa (3/6/2014), upah buruh yang rendah selama ini telah membantu Meksiko menarik investasi asing bernilai miliaran dolar dan mendorong sektor manufakturnya bergerak sangat dinamis. Bahkan kemajuan bidang manufaktur Meksiko disebut-sebut setara dengan China.
Namun upah rendah yang terkenal membuat sektor manufaktur Meksiko semakin kompetitif itu justru melemahkan kondisi perekonomiannya.
Jutaan orang bekerja keras dengan jumlah bayaran rendah dan menahan tingkat konsumsi swasta yang penting bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pemerintah Meksiko bahkan memangkas prediksi pertumbuhannya pada 2014 setelah perekonomiannya hanya tumbuh 0,3% pada kuartal-I. Tingkat pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi para analis.
Bagi Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, ini merupakan langkah mundur dari seluruh kebijakannya. Sebelumnya dia berjanji menghidupkan kembali perekonomian dan meningkatkan produktifitas melalui serangkaian reformasi struktural.
Sejumlah reformasi tersebut mampu menarik banyak investor dan membuat kondisi tersebut dikenal dengan `Mexican moment`.
Sejauh ini, Meksiko memang telah berhasil merebut kembali bisnis manufaktur yang sempat direbut China khususnya di pasar AS.
Namun begitu, upah murah justru membuat perekonomiannya lamban karena belanja publik yang lemah dan tingkat produktivitas yang rendah.
Pada 1992 hingga 2012, ekspor Meksiko mampu tumbuh 8,6% per tahun. Ironisnya, tingkat perekonomian secara keseluruhan hanya tumbuh rata-rata 2,8% per tahun.
Upah buruh memang menjadi salah satu kendala terbesar dari masalah tersebut. Bahkan badan pengembangan sosial pemerintah, Conveval mengungkapkan, rentang 2005 hingga 2012, pendapatan tenaga kerja riil per kapita di Meksiko bahkan merosot hingga 6%.
Pendapatan yang lebih rendah berarti disebabkan konsumsi pribadi yang lemah. Pasalnya tingkat konsumsi menyumbang hingga dua per tiga dari seluruh produk domestik bruto (PDB).
Rendahnya upah buruh di Meksiko telah membuat hampir setengah dari populasinya tinggal di bawah garis kemiskinan. Akibatnya penjualan ritel di Meksiko merosot tajam tahun lalu dengan pertumbuhan hanya 0,1%.
Ekonom asal Meksiko Raul Feliz mengatakan, negara gagal untuk menciptakan pekerjaan berkualitas lebih tinggi dan terlalu mengandalkan tenaga kerja murah.
“Jika tidak terjadi pertumbuhan penduduk di Meksiko, pertumbuhan ekonominya akan menjadi nol,” tandas Feliz.(rts/fen)