Ini Risiko yang Dihadapi Ekonomi Nasional Versi BI

uang palsu

TRANSINDONESIA.CO – Bank Indonesia memperkirakan, laju pertumbuhan perekonomian nasional tahun ini diperkirakan tidak berlangsung mulus. Ada beberapa faktor utama yang menjadi risiko perekonomian di tahun politik ini. Risiko itu berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri.

Hal itu dikatakan Asisten Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Muslimin Anwar dalam diskusi bertema “Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Berkelanjutan” di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/5/2014). Menurut Anwar, beban anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam APBN 2014 merupakan risiko terbesar perekonomian nasional.

“Memang beban anggaran subsidi BBM dalam APBN masih menjadi risiko terbesar perekonomian nasional. Jika bisa ditekan, ini akan menjadi momentum untuk memaksimalkan porsi anggaran kita,” jelas Muslimin.

Angka anggaran subsidi BBM dalam APBN 2014 masih cukup tinggi. Bahkan, pemerintah telah menambah anggaran belanja subsidi BBM pada R-APBNP 2014 menjadi Rp285 triliun dari semula Rp210,7 triliun.

Risiko lainnya datang dari terus meningkatnya angka utang luar negeri swasta dan pemerintah yang membebani APBN 2014. Menurut data BI, utang luar negeri Indonesia per Maret 2014 sebesar 276,4 miliar dolar AS atau sejumlah Rp3.041 triliun (kurs 11.000 per dolar AS).

Faktor internasional juga mempengaruhi perekonomian nasional. Salah satunya adalah rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 2 persen di tahun 2015 mendatang. Risiko juga datang dari belahan Tiongkok yang ekonominya masih berjalan lambat.

“Kebijakan The Fed akan berpengaruh terhadap mengalirnya dana dari negara-negara berkembang. Jangan lupa perlambatan ekonomi di Tiongkok merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia,” kata Muslimin.

Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Data Badan Pusat Statistik mencatat, pada Februari 2014 total ekspor ke Tiongkok mencapai 1,58 miliar dolar AS, menurun sebesar 12,98 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,82 miliar dolar AS.(mtv/met)

Share