AJI Medan: Pers Independen Beritakan Pilpres

aji medan monang

TRANSINDONESIA.CO – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan meminta perusahaan pers menjaga independensi dalam pemberitaan pemilihan umum presiden (Pilpres). Perusahaan pers juga harus memberikan kebebasan bagi jurnalis untuk memberitakan fakta demi kepentingan publik, bukan untuk kepentingan perusahaan pers, apalagi terlibat dalam dukung mendukung kandidat.

“Salah satu hasil reformasi adalah dengan dibukanya ruang kebebasan bagi pers, karenanya jangan sampai kebebasan tersebut justru menghilangkan semangat independensi jurnalis, apalagi memanfaatkan pers untuk sesuatu yang dapat menutup akses informasi bagi masyarakat,” kata Ketua AJI Medan Soetana Monang Hasibuan didampingi Sekretaris AJI Medan Herman Saleh Harahap, di Medan, Senin (20/5/2014).

Sebagai refleksi reformasi yang ditandai lengsernya kepemimpinan orde baru pada 21 Mei 1998 kata Monang, kebebasan pers adalah kebebasan yang bertanggungjawab dan beretika, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalis (KEJ). Salah satu poinnya pers harus independen dan tidak menyebarkan berita fitnah/bohong.

Poin lainnya, tujuan pemberitaan tidak didasari dengan niat buruk terhadap pihak-pihak yang diberitakan ataupun yang terkait dengan hal yang diberitakan.

“Saat ini masih ada pers, yang justru ikut-ikutan dalam dukung mendukung kandidat yang disajikan dalam pemberitaan. Sehingga, berita yang muncul sering tidak berimbang dan memberi kesan menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Atau sebaliknya ada eklusivisme bagi pihak-pihak tertentu. Ini sama halnya dengan mengkhianati cita-cita reformasi,” tegasnya.

Sekretaris AJI Medan Herman Saleh Harahap, menambahkan, sekaitan dengan pelaksanaan Pilpres 2014 yang sudah dimulai dengan tahapan pendaftaran bakal capres/cawapres, AJI Medan juga meminta seluruh jurnalis tidak mengaburkan fakta dalam pemberitaan, apalagi membuat berita yang tidak berdasarkan fakta, sehingga menimbulkan opini negatif di kalangan publik.

“Perlu disadari media massa masih menjadi salah satu wadah yang sangat kuat dalam pembentukan opini ataupun persepsi publik terhadap objek yang diberitakan. Jika dalam pemberitaan tidak didasari dengan fakta dan independensi jurnalis, maka rentan terbentuk persepsi yang salah di kalangan masyarakat. Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya peran pers sebagai kontrol sosial dan edukasi sudah terabaikan,” ujarnya.(DHONA)

Share