9 Terduga Teroris Jaringan Moro Ditangkap

Teroris

TRANSINDONESIA.CO – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap sembilan teduga teroris di tiga kota terpisah selama empat hari terakhir. Mereka terindikasi punya kaitan dengan pusat pelatihan teroris di Moro, Filipina.

Kadiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie di Jakarta, Kamis (15/5/2014),  menjelaskan penangkapan anggota jaringan teroris yang masih tersisa ini merupakan bagian pencegahan terhadap potensi teror di Tanah Air.

Termasuk, potensi teror pada gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014. “Polri telah berupaya untuk mencegah teror, termasuk antisipasi (teror terhadap) Pilpres 2014,” kata dia.

Operasi penangkapan pertama, tuturnya, dilakukan terhadap Rifki alias Bondan alias Royan, di Rumah Makan Taman Selera Pantura, Indramayu, Jawa Barat, Senin (12/5/2014) pukul 13.30 WIB.

Royan sudah ditetapkan sebagai buronan (daftar pencarian orang/DPO) kerusuhan Poso, Sulawesi Tengah. Tepatnya, kasus peledakan bom di Tentena, 2005. Ia juga teridentifikasi sebagai alumnus pusat pelatihan Moro, Filipina.

Keesokan harinya, tim lain Densus 88 bergerak ke Jl Belimbing Raya, Kec Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Di lokasi itu, polisi menangkap Ramuji alias Kapten alias Ahmad, pukul 13.30 WIB. “Yang bersangkutan terlibat pelatihan militer di Poso dan penyuplai logistik,” imbuh Ronny.

Pada Rabu (14/5/2014) pukul 21.00 WIB, lanjutnya, Densus 88 menangkap Setiawan dan Salim alias Yahya, di Klaten, Jawa Tengah. Nama terakhir ini merupakan kolega Rifki pada kasus bom Tentena 2005, sekaligus alumnus kamp pelatihan paramiliter Moro, Filipina.

Dengan penangkapan terhadap dua alumnus Moro ini, Ronny melanjutkan, petugas melakukan interogasi untuk menelusuri keberadaan sisa kawan Yahya dan Rifki lainnya.

Sehingga, lima orang terduga teroris dibekuk Polisi, di sebuah bengkel, di Trucuk, Klaten, Jateng, Kamis (15/5/2014). Mereka adalah Arif alias Tomy, Selamet, Rofiq, Arifin, dan Yusuf. “Kelimanya adalah hasil pengembangan (dari) tersangka Rifki dan Yahya,” imbuh Ronny.

Dalam penggeledahan di bengkel itu pula, petugas menyita sejumlah senjata api dan tajam. Yakni, 15 pucuk senjata api laras panjang kaliber 7 mm, dua senjata api laras pendek kaliber 7 mm, satu unit senjata panah crossbow beserta anak panahnya, lima buah samurai panjang, enam pedang berukuran sedang, serta 25 pisau lempar.

“Disita pula dokumen pembuatan bom,” tambah Ronny.

Hingga saat itu, akunya, Densus 88 masih beroperasi di sejumlah lokasi lain untuk memburu sisa jaringan teroris lainnya sebagai pencegahan potensi teror di pilpres. “Untuk selanjutnya masih dilakukan pengembangan dan penggeledahan lanjutan di beberapa tempat lain,” tandas dia.

Sekadar informasi, tokoh alumnus Moro yang dapat disebut sentral dalam aksi terorisme di Indonesia adalah Abu Umar alias Muhammad Ichwan alias Indra Kusuma. Dia punya kehandalan dalam hal pemasokan senjata sisa konflik di Moro, Filipina, ke dalam negeri. Jalur yang biasa digunakannya adalah Filipina, Tawau, Nunukan (Kaltim), Palu (Sulteng), dan Surabaya.

Dia telah ditangkap oleh Densus 88 di Bojong, Bogor, 4 Juli 2011. Bersamanya, disita pula sejumlah senjata api hasil selundupan.(mi/dham)

Share