TRANSINDONESIA.CO – Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) H Adam Malik Medan, Sumatera Utara, telah menerima sebanyak 12 pasien diduga suspect Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Dimana 5 pasien diantaranya masih dirawat dan sisanya hanya menjalani pengobatan rawat jalan.
Humas RSUP Adam Malik Medan, Sairi br Saragih, mengatakan, dua pasien baru masuk Sabtu (9/5) pukul 23.00 wib atas nama M (26) perempuan warga Medan, pulang umrah 9 Mei kemarin. Dan Senin (12/5) dini hari pukul 02.00 wib atas nama MM (68) perempuan warga Binjai, pulang umrah tanggal 11 Mei 2014.
“Dari 12 pasien yang diduga virus MERS, 5 pasien dirawat inap, 1 meninggal dunia dan lima pasien rawat jalan,” katanya kepada Transindonesia.co Senin (12/5/2014).
Sampai saat ini, pasien yang masih dirawat di RSUP Adam Malik Medan atas nama AP (63), perempuan warga Belawan, pasangan suami istri SN (55) dan SW (51) warga Medan. Serta MA (71) perempuan warga Medan dan SPG (55) warga Deli Serdang.
“Sebelumnya pasien SHN (50) warga deli serdang sudah diperbolehkan pulang,” ungkapnya.
Dijelaskan Sairi, sampai sejauh ini sebanyak 12 pasien tersebut belum ada yang menjurus ke virus MERS. Namun begitupun, untuk pasien yang masih rawat inap dilakukan pemeriksaan secara intensif dan ditempatkan diruang infeksi (Eks ruang khusus flu burung-red) RSUP Adam Malik.
Sebelumnya, Prof Dr Luhur Soeroso, SpP(K), Kepala Departement/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan menyebutkan, gejala klinis virus MERS, pasien demam tinggi, sesak sehingga dinyatakan keadaan pasien sudah berat menuju tingkatan ARDS (Acquired Respirative Desease Syndrome), yaitu gawat paru akibat adanya pneumonia yang luas sekali.
“Inkubasi virus biasanya terjadi selama 14 hari setelah terinfeksi. Ini berarti, bagi jemaah yang terinfeksi, baru muncul gejalanya setelah selesai perjalanan umroh, atau setelah tiba di tanah air. Gejala MERS CoV ini sama seperti flu burung (H5N1). Rata-rata penderita akan mengalami gejala paru bilateral pneumonia. Tetapi SARS ini sangat mematikan. Sedangkan MERS CoV masih bisa diatasi walaupun berdasarkan kasus yang terjadi, 30 persen penderita meninggal dunia,” katanya.(dhona)