Produksi Padi Turun, Petani Kulon Progo Ngeluh

Panen Raya

TRANSINDONESIA.CO – Kalangan petani di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan turunnya produksi padi di wilayah ini akibat serangan hama sundep.

Salah seorang petani Bulak Banaran Galur, Cipto Sumardi di Kulon Progo, Sabtu (10/5/2014), mengatakan penurunan produksi ini berawal saat musim tanam, akar tanaman padi terkena serangan hama sundep.

“Hama sundep mematikan akar tanaman padi. Hama jenis ini, dalam sekejap dapat mematikan tanaman. Kami kesulitan membasmi hama ini. Akibatnya, produksi padi masa tanam kedua (MT II) mengalami penurunan yang cukup signifikan,” kata Cipto Sumardi.

Selain hama sundep, lanjut Cipto, tanaman padi juga terserang hama wereng. Namun, hama wereng tidak begitu berpengaruh karena bisa diatasi dengan disemprot pestisada. Hasil produksi padi dengan ukuran lebar satu meter dan panjang 14 meter dapat menghasilkan satu sak gabah kering panen.

“Sebelum ada serangan hama sundep dan wereng, produksi ukuran 1 x 14 meter persegi mampu menghasilkan dua sak gabah kering panen. Meski demikian, kami tetap mensyukuri hasil panen ini,” kata Cipto.

Ia mengatakan harga beras ditingkat penggilangan padi Rp6.500 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering panen berkisar Rp3.000-Rp3.500 per kg.

“Saya jual gabah atau beras untuk beli pupuk dan biaya pengolahan tanah, selebihnya digunakan untuk mencukupi makan sehari-hari,” katanya.

Sementara itu, petani Bulak Banaran lainnya, Sapardi mengeluhkan mundurnya MT II mengakibatkan mundurnya masa tanam III atau masa tanam polowijo berupa kedelai.

“Biasanya, pada awal Mei, kami sudah menanam kedelai, sekarang justru baru mau panen. Tapi, mundurnya masa panan MT II dari akhir April menjadi Mei ini, menggangu masa tanan kedelai. Apabila kedelai tetap ditanam setelah 20 Mei, tanaman tetap berbuah tapi ada hama ulatnya. Berbeda, kalau ditanam sebelum 15 Mei, produksi kedelai akan bagus dan tidak terserang hama ulat,” kata Sapardi.

Menurut Sapardi, mundurnya panen padi ini disebabkan pemilik traktor tidak mentraktor tanah tepat waktu. Mereka tidak memahami keinginan petani.

“Semoga pemerintah kabupaten memberikan bantuan traktor kepada kelompok tani di Desa Banaran,” katanya.(ant/ats)

 

Share