TRANSINDONESIA.CO – Tiongkok menahan seorang wartawan senior karena dituduh membocorkan rahasia negara. Gao Yu (70) ditahan secara kriminal atas dugaan menyediakan rahasia negara kepada sejumlah sumber di luar Tiongkok.
Demikian pernyataan Kementerian Keamanan Publik Beijing dalam pesannya di media sosial, Kamis (8/5/2014).
Gao, mantan wakil pemimpin redaksi majalah Economics Weekly, merupakan seorang jurnalis terkemuka yang sempat dinobatkan sebagai salah satu “pahlawan kebebasan pers dunia” pada tahun 2000 oleh International Press Institute.
Berbagai tulisan politiknya sempat membuatnya dijebloskan ke penjara di masa lalu. Pada tahun 1993, dia dipenjara selama enam tahun atas tuduhan yang sama yaitu membocorkan rahasia negara.
“Saya percaya apa yang saya lakukan telah menyentuh permasalahan hukum dan membahayakan kepentingan negara,” kata Gao, yang wajahnya dikaburkan dalam tayangan televisi.
Gao dikabarkan hilang selama dua minggu terakhir, dan koleganya mulai sadar saat dia tidak hadir dalam pertemuan tertutup Tiananmen padahal dia sudah dijadwalkan hadir.
Menurut kantor berita Xinhua, Gao ditahan pada 24 April karena dituduh mengirimkan salinan dokumen “sangat rahasia” ke situs luar negeri pada Juni lalu.
Polisi menyita bukti penting dari rumahnya dan Gao “menyatakan penyesalan yang dalam atas perbuatannya,” seperti dikutip Xinhua. “Dia juga mau menerima hukuman yang diatur UU atas perbuatannya.”
Laporan Xinhua tidak menyebutkan nama dokumen yang dituduh telah dibocorkan Gao.
Namun, Gao sebelumnya telah menulis “Documen No.9”, yaitu pengumuman internal Partai Komunis yang menyerukan penumpasan keras terhadap perbedaan pendapat dan peringatan terhadap bahaya atas demokrasi multipartai dan nilai-nilai universal.
Dokumen itu diedarkan pada awal tahun lalu dan isi lengkapnya dipublikasikan majalah yang berbasis di Hong Kong pada Agustus tahun lalu.
Penahanan Gao dilakukan di tengah tindakan keras terhadap para akademis, pejuang hak-hak asasi manusia dan pengritik Partai Komunis lainnya menjelang peringatan atas pembantaian demonstran pro-demokrasi pada 4 Juni.
Pu Zhiqiang, salah satu pengacara hak asasi manusia yang terkenal di Tiongkok, ditangkap pada Selasa atas “tuduhan menciptakan keributan,” kata pengacaranya. Para pegiat HAM lainnya juga dilaporkan telah ditahan.
Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya atas berbagai laporan tersebut dan meminta agar mereka segera dilepaskan, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jen Psaki, Rabu (7/5/2014).(xin/fen)