Jawa Barat Sentra Teh Nasional

perkebunan tehPerkebunan teh di kawsan Puncak, Jaw Barat.(dok)

 

TRANSINDONESIA.CO – Ternyata, potensi agro Jawa Barat begitu luar biasa. Satu diantaranya, komoditi teh. Buktinya, mayoritas produk teh nasional berada di Jabar. Hingga tahun ini, total luas areal perkebunan teh nasional mencapai 122.206 hektare.

“Produksinya sebanyak 145.575 ton,” ujar Ketua Umum Dewan Teh Indonesia, Rachmat Badrudin, pada Pertemuan Pengembangan Teh 2014 di Hotel Horison, belum lama ini.

Menurutnya, Jabar memiliki potensi besar untuk mendorong produk teh nasional. Karenanya, lanjut Rachmat, Jabar menjadi sentra pengembangan teh nasional. Disebutkan, luas areal pengembangan teh di tatar Pasundan mencapai 95.456 hektare atau mencapai 77,62 persen luas areal teh nasional.

Dalam pelaksanaannya, sambung Rachmat, pengembangan perkebunan teh rakyat memiliki porsi terbesar, yaitu seluas 56.258 hektare atau 46,03 persen. Kemudian, sambungnya, perkebunan teh negara, yang luasnya 38.103 hektare atau 31,18 persen. Selanjutnya, perkebunan besar yang luasnya 27.645 hektare atau 22,79 persen.

Menurutnya, pengembangan perkebunan teh itu bertujuan untuk semakin meningkatkan nilai tambah komoditi tersebut, termasuk pasar ekspor. Tahun lalu, sebut dia, ekspor teh nasional sebanyak 70,6 ribu ton atau bernilai 157,5 juta Dollar Amerika Serikat (AS). Angka itu, tambah dia, jauh melebihi volume impor teh, yaitu 20,5 ribu ton atau sekitar 29,3 juta Dollar AS.

Meski begitu, ungkapnya, dalam 6 tahun terakhir, ekspor teh nasional cenderung melemah. Sebaliknya, kata dia, impor menguat setiap tahunnya selama 6 tahun terakhir.

“Itu terjadi karena produksi teh nasional pun melemah sebagai efek mayoritas areal perkebunan merupakan perkebunan rakyat, yang notabene, pengelolaannya belum sesuai standar teknis. Selain itu, mayoritas perkebunan teh di negara ini ditanami tanaman yang sudah tua dan populasinya pun tidak sesuai standar,” paparnya.

Hal lainnya, lanjut dia, terjadinya konversi tanaman teh pada komoditi lain, termasuk alih fungsi lahan, yaitu perkebunan yang menjadi kawasan wisata.

“Alih fungsi itu pun menyebabkan turunnya produksi, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan negara dan swasta,” sahut Rachmat.

Untuk itu, tegasnya, bersama pemerintah pusat dan Jabar, pihaknya memperbaiki tanaman teh. Luasnya, ungkap dia, sekitar 32.000 hektare.

“Itu terdiri atas intensifikasi lahan seluas 1.700 hektare dan rehabilitasi mencapai 1.500 hektare. Anggaran dana untuk intensifikasi dan rehabilitasi itu senilai Rp50 miliar,”  tutupnya.(jbt/din)

 

Share