Suami di Duga di Culik Aparat, Baria Lapor Kontras Sumut

brandanBaria lapor ke Kontras karena suaminya sudah empat bulan menghilang diduga di culik aparat.(Transindonesia.co-dona)

 

 

TRANSINDONESIA.co, Medan : Syahrul Baria (28), warga Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Sumut,  mengaku tak tahu harus menjawab bagaimana ketika dua anaknya sering mempertanyakan keberadaan ayahnya, Dede Khairudin (31) yang sejak akhir November 2013 lalu hingga sekarang tidak diketahui keberadaannya dan diduga diculik oleh oknum anggota TNI Angkatan Darat.

Hal tersebut diungkapkan Syahrul Baria kepada wartawan dalam siaran pers yang digelar di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan Sumatera Utara (Kontras Sumut) di Jalan Brijend Katamso, Gang Bunga, Medan, Selasa (11/3/2014).

“Anak saya sering bertanya, mam ayah kemana, saya bingung jawab apa, karena saya juga tak tahu dia di mana,” katanya yang saat itu ditemani makcik korban, Nurzaini (68).

Dijelaskannya, suaminya, Dede Khairudin, menghilang sejak 28 November 2013 yang lalu. Waktu itu, kata dia, sekira pukul 02.00, rumahnya didatangi oleh 8 orang tak dikenal berpakaian preman. Dua orang di antaranya tanpa berkata apa-apa masuk ke dalam rumah sampai ke dapur dengan membawa senjata api laras panjang. Salah seorang di antaranya yang bernama Mardiansyah mengatakan bahwa, dirinya sedang mencari Fendi Tato (rekan Dede Khairudin).

“Mereka datang mencari Fendi, karena memang dia tak ada, setelah ngobrol selama sekitar 10 menit, mereka lalu minta suami saya menunjukkan rumah Fendi, ke lorong 5, habis tu, tak ada lagi sampai sekarang,” ujarnya.

Sekitar 20 menit kemudian, dua orang diantaranya kembali ke rumah untuk mengambilkan handphone Dede. Syahrul Baria sempat berkomunikasi dengan suaminya melalui sms.

“Itu jam 4 pagi, tapi dia sms bahwa kalo Fendi tak jumpa abang tak pulang, sebelumnya saya telepon tapi yang mengagangkat orang lain,” katanya.

Sejak saat itu, sampai sekarang dia tak tahu keberadaan suaminya.

Menurut Koordinator Kontras Sumut, Herdensi Adnin, Mardiansyah merupakan anggota TNI AD, yang bertugas di Kodim Lelawangsa, Aceh y,ang mana pada 28 November 2013, bersama dengan beberapa orang anggota marinir dengan menenteng senjata laras panjang mendatangi Dede Khairudin untuk menanyakan keberadaan Fendi Tato yang saat itu buron setelah melakukan pembacokan terhadap seoran anggota marinir bernama Zulkifli hingga sekarat di wilayah Pangkalan Brandan.

Adapun pembacokan tersebut dikarenakan faktor Fendi Tato cemburu melihat istrinya diganggu oleh anggota marinir tersebut.

“Dengan alasan untuk mencari Fendi Tato, maka Dede dijemput paksa untuk membanti mencari, tapi ternyata sampai sekaran tak jelas keberadaannya,” katanya.

Atas hal tersebut, pihaknya sudah membuat laporan ke Denpom Pangkalan Brandan, POM I Bukit Barisan hingga Puspomad di Jakarta dan Komisi Ombudsman. Selain itu, laporan tersebut juga disampaikan ke Komnas HAM.

“Perkembangannya, POM I Bukit Barisan sudah berhasii menangkap Mardiansyah dan memeriksa 7 orang lainnya yang terlibat,” katanya.

Karena hal tersebut, kata dia, pihaknya menyayangkan kejadian tersebut. Pasalnya, penghilangan paksa tersebut terjadi setelah masa reformasi. Kontras Sumut, kata dia, mendesak agar kasus tersebut diusut tuntas sehingga ada kepastian terkait keberadannya.

“Sehingga jelas kepastian di mana keberadaannya dan bagaimana kondisinya sekarang,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar oknum TNI yang melakukan penculikan tersebut diadili dilakukan di pengadilan umum karena tindakan tersebut di luar kedinasannya.

“Kita menuntut agar oknum tersebut dipecat, dan diadili seberat-beratnya di pengadilan umum yang transparan, obyektif dan memberikan rasa keadilan kepada keluarga korban,” ujarnya.(don/sur)

 

 

Share