TRANSINDONESIA.co, Medan : Pemadaman listrik di Sumatera Utara berdampak pada laju proyek pembangunan, banyak proyek menghandalkan genset sehingga meningkatkan biaya produksi pembangunan.
”Kalau cost produksi naik, maka akan dibebankan pada nilai bagian bangunan sehingga harga jual kepada masyarakat akan semakin tinggi,” ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumut, Tomi Wistan kepada wartawan usai melaunching Website REI Sumut di Kantor Rei Jalan Kapten Muslim Medan, Jumat (28/2/2014).
Dikatakan Tomi, pemadaman listrik khususnya pada siang hari memang berdampak pada aktivitas proyek pembangunan. Apalagi pada proyek besar yang selalu menghandalkan PLN dalam kebutuhan listriknya.
“Jadi kalau mati listrik, kontraktor harus memakai genset yang besar. Ini menambah biaya dan secara langsung berdampak pada masyarakat yang nantinya menjadi konsumen pada bangunan itu,” ungkapnya.
Selain itu dampaknya, tambah Tomi, bagi proyek pembangunan yang tidak ada genset, maka akan banyak tenaga kerja yang tidak efisien, karena sistem kerja dengan borongan. Hasil kerja akan lambat dan penghasilan pekerja juga menurun.
“Proses pembangunan properti terganggu dan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Banyak yang dirugikan disini,” tegas Tomi.
Belum lagi, selama ini, banyak rumah atau gedung yang dibangun pengembang harus masuk daftar tunggu untuk mendapatkan jaringan listrik dari PLN.
Ditempat terpisah, Humas PLN Wilayah Sumut, Raidir Sigalingging, mengatakan PLN akhirnya terpaksa melakukan pemadaman karena ada kerusakan pada mesin pembangkit yaitu di Labuhan Angin dan Belawan.
“Pemadaman listrik diupayakan cepat teratasi dan akan kembali normal pada minggu pertama Maret mendatang,” janjinya.
Raidir menjelaskan bahwa tidak hanya mengganggu aktivitas warga, pemadaman juga menimbulkan kerugian besar bagi sektor usaha kecil dan sektor usaha besar.(don/sur)