IPW : Ajkan Kapolri Jadi Intelijen Pemilu, Jangan Sampai Mengkibiri Pers
TRANSINDONESIA.co, Jakarta : Ajakan Kapolri Jenderal Pol Sutarman kepada wartawan untuk menjadi intelijen, patut disambut positif oleh masyarakat pers. Organisasi pers, seperti PWI dan AJI harus melihat ajakan ini dengan semangat kebangsaan, demi menjaga stabilitas kamtibmas di Pemilu dan Pilpres 2014 yang dikhawatirkan banyak pihak akan diwarnai konflik.
Meski demikian, kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berharap, masyarakat pers tetap independen dan profesional.
“Jangan sampai ajakan kerjasama tersebut justru mengkebiri pers dan membuat pemihakan pers ke Polri. Pers harus tetap kritis dalam menyikapi kinerja Polri saat menjaga kamtibmas di sepanjang tahun politik 2014. Sehingga kerja sama pers dan Polri hanya sebatas untuk membantu memberikan informasi awal, agar Polri bisa memberikan langkah pencegahan secara cepat di tiap daerah,” kata Neta S Pane dalam siaran persnya yang diterima transindonesia.co di Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Sebenarnya lanjut Neta Pane, secara informal dan individu kerjasama kalangan pers dengan jajaran Polri sudah sejak lama terbangun.
“Cukup banyak kalangan pers memberikan informasi dan data intelijen ke polisi. Namun menjelang tahun politik 2014 kerjasama ini perlu diformalkan, sehingga ajakan Kapolri tersebut sebuah kondisi yang kontekstual, patut diapresiasi kalangan pers demi menjaga situasi kamtibmas di seluruh Indonesia,” tutur Neta Pane.
Dari data IPW, potensi konflik sosial di 2014 cukup tinggi, indikasinya sudah terlihat di 2013, dari 33 provinsi 27 di antaranya diterjang konflik sosial.
“Jumlah konflik mencapai 153 kali, yang membuat 203 orang tewas, 361 luka, 483 rumah dirusak dan 173 bangunan dibakar. Pertikaian antar warga dan antar kelompok mendominasi hilangnya nyawa rakyat di 2013,” terang Neta Pane.
Terbatasnya jumlah polisi sambung Neta Pane, membuat Polri kesulitan melakukan deteksi dini, dengan adanya bantuan masyarakat pers yang tersebar di berbagai daerah diharapkan potensi konflik yang ada bisa dengan cepat dicegah.
“Hanya saja, dalam kerjasama ini Kapolri harus menekankan jajaran bawahnya agar senantiasa tanggap. Jangan sampai informasi yang disampaikan pers didiamkan, yang kemudian membuat masyarakat pers frustrasi,” kata Neta Pane.(sof)