Tak berpenghuni, desa yang ditinggalkan warga
TRANSINDONESIA.co, Kabanjahe : Pasca awan panas Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, yang meregut 15 korban jiwa dan 3 luka bakar menyapu Desa Sukameriah, Payung, 34 desa dari empat kecamatan tampak mencekam.
Sampai Selasa (4/2/2014) dini hari, aparat kepolisian bekerjasama dengan TNI memperketat pengamanan di pintu masuk utama dan jalan tikus menuju 4 kecamatan yakni, Kecamatan Payung, Simpang Empat, Namantran dan Tiganderket, guna memastikan tidak ada lagi warga yang masuk ke desa tersebut.
Sejaulah spanduk dipasang untuk meminta masyarakat menjauhi zona larangan dan tidak nekad menerobos zona tersebut. Patroli dilakukan untuk memperketat terutama pada jalan-jalan tikus.
“Musibah yang terjadi pada Sabtu (1/2/2014) lalu diharapkan yang terakhir kali. Jangan sampai masyarakat kembali nekat untuk kembali ke desanya. Ini sangat penting supaya tidak ada lagi jatuh korban jiwa,” kata Koordinator Media Center Posko Tanggap Darurat Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabanjahe, Jhonson Tarigan.
Desa yang kini ditinggalkan warganya tampak mencekam, hamparan debu memutih bekas lavar pijar dan material yang dimuntahkan Sinabung berserakan menutupi wilayah desa. Seperti, Desa Sukameriah, Desa Guru Kinayan, Desa Selandi, Desa Cimbang, Desa Ujung Payung, Desa Payung, Desa Rimo Kayu, Desa Batu Karang, Desa Berastepu, Dusun Sibintun, Desa Gamber, Desa Kuta Tengah. Desa Jeraya, Desa Pintu Besi, Desa Tiga Pancur, ada Dusun Lau Kawar, Desa Bekerah, Desa Simacem, Desa Kutarayat, Desa Sigaranggarang, Desa naman, Desa Kuta Mbelin, Desa Kebayaken, Desa Kuta Tonggal, Desa Sukanalu, Desa Kuta Gunung, Desa Gung Pinto, Desa Sukandebi. Desa Tiganderket, Desa Mardinding, Desa Temberun, Desa Perbaji, Desa Kuta Mbaru dan Desa Tanjung Merawa.
Sampai pagi ini, 34 desa yang ditinggalkan warganya mengungsi sehingga jumlah pengungsi terus bertamabah dan diperkirakan telah mencapai 31.400 jiwa.
Desa dan lahan pertanian yang merupakan andalan dari Tanah Karo, kini hancur ditutupi debu Sinabung dan tidak ada lagi yang dapat diharapkan warga yang selama ini menjadi mata pencarian mereka.
Begitu juga pasokan sayur mayur ke kota Medan dan beberapa wilayah di Aceh yang selama ini menjadi komiditi andalan, kini mulai tersendat. (ded/sur)