Di Mataram Harga Daging Meroket

daging
TRANSINDONESIA, Mataram : Setiap bulan Maulid, harga kebutuhan pokok khususnya harga daging di Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengalami kenaikan tajam

Dari pantauan Antara, harga daging di sejumlah pasar tradisional di Mataram tembus Rp 110.000 per kg, jauh di atas harga semula Rp85.000 per kg, sehingga hal ini sangat dikeluhkan masyarakat.

Dalam perayaan maulid Nabi di Lombok, daging merupakan kebutuhan pokok dan masing-masing warga membutuhkan minimal 10 kg belum termasuk daging ayam, telur dan ikan laut.

Untuk kebutuhan daging masyarakat membeli langsung ke pasar atau ke Rumah Potong Hewan (RPH) bahkan masyarakat membeli sapi untuk dipotong secara patungan dan ada juga yang memotong kambing sendiri-sendiri.

“Sebab daging menjadi lauk utama pada perayaan maulid Nabi, sehingga terkesan jika Maulid Nabi datang secara otomatis gizi masyarakat meningkat,” katanya.

Untuk biaya perayaan maulid Nabi masyarakat menabung selama setahun, bahkan jika kurang mereka rela menjual perhiasan atau barang elektronik lainnya.

Masyarakat Lombok Nusa Tenggara Barat merayakan hari kelahiran atau maulid Nabi Muhammad SAW secara tradisional yang dipusatkan di masjid-masjid secara bergiliran hingga bulan Rabiul Awal berlalu.

Peringatan malulid secara tradisional tersebut hampir merata dilakukan oleh masyarakat Lombok baik di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Kota Mataram.

Salah seorang tokoh agama Kota Mataram H Nurdin mengatakan maulid Nabi mulai dirayakan pada 12 Rabiul Awal dengan berbagai acara cukup meriah, serta berbagai kegiatan seperti lomba azan, puitisasi terjemahan Al-Quran dan lomba menghafal ayat-ayat pendek.

Di Kelurahan dasan Agung misalnya, hari ini (14/1/2014) kegiatan maulid dilakukan di Lingkungan Pejeruk dengan mengundang tokoh masyarakat dan agama untuk datang ke masjid guna mendengarkan uraian hikmah maulid sekaligus menerima hidangan atau dulang.

Di Kelurahan Dasan Agung terdapat 12 kampung yang secara bergiliran memperingati maulid hingga bulan Rabiul Aawl selesai.

Sekarang ini kampung Pejeruk mengundang tokoh agama dan masyarakat di Lingkungan Parigi, Bawak Bagik, Gapuk, Peresak, Arong-Arong dan Otak Desa, dan demikian selanjutnya.

Dua minggu sebelumnya ibu-ibu dibantu putra putrinya membuat berbagai jenis jajan atau kue tradisional seperti jajan tarek, kaliadem, keciprut, lardan, rengginang dan iwel atau sejenis dodol terbuat dari ketan hitam.

Dikatakan, tamu di masjid disuguhkan hidangan tiga kali. Pertama sekitar pukul 11.00 Wita disebut “dualang penyampah” atau sarapan khusus untuk jajan.

Kemudian setelah shalat Dzuhur para tamu memberikan hidangan nasi dengan berbagai jenis lauk pauknya, dan terakhir sekitar pukul 17.00 Wita diberikan hidangan atau disebut “dulang penamat” yang isinya khusus buah-buahan seperti pisang, nangka, rambutan dan manggis.(ant/maf)

Share