Nilai Ekspor Sumut Turun 7,63%

ekspor

TRANSINDONESIA, Medan : Sepanjang Januari hingga November 2013 nilai ekspor Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan 7,63% dengan nilai US$ 8,83 miliar dibandingkan periode yang sama ditahun 2012 sebesar US$ 9,55 miliar. Hal ini didukung penurunan ekspor dari sektor produk industri 5,77%, produk pertanian 12,94% dan sektor lainnya menurun 24,52%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai ekspor sepanjang Januari-November 2013 ini hanya sebesar US$ 8,83 miliar dengan berat 8,92 ton. Sedangkan diperiode yang sama ditahun lalu nilai ekspor mencapai US$ 9,55 miliar dengan berat 7,86 miliar. Sementara ekport untuk November 2013 meningkat 2,31% dengan nilai US$ 877,44 juta dibanding bulan sebelumnya US$ 857,63%.

“Penurunan nilai ekspor itu terjadi pada sektor industri 5,77%, ekspor pertanian 12,94% dan sektor lainnya 24,52%. Sampai saat ini untuk komoditi ekspor kita masih didukung CPO dan karet. Jadi kalau ini terjadi penurunan nilai yang besar, kemungkinan akan langsung mempengaruhi perekonomian di Sumut,” ujar Kepala Bidang Neraca Pembayaran BPS Sumut , Ateng Hartono, dalam siaran persnya di aula kantor BPS Sumut, Kamis (2/1/2013).

Dijelaskannya, dilihat dari kontribusinya terhadap keseluruhan ekspor periode Januari-November 2013 untuk ekspor pertanian hanya 74,75%, ekspor pertanian 25,09% dan ekspor produk pertambangan 0,15%. Sedangkan untuk golongan barang ekspor penurunan terjadi pada kopi, teh, rempah-rempah sebesar 28,39% dari nilai US$ 4,031 miliar menjadi US$ 3,712 miliar. Selanjutnya barang sabun dan prepart pembersih menurun 12,61% dan karat, barang dari karet 11,67%, serta juga bahan kimia organik 9,15%, barang lemak dan minyak hewan nabati 7,92%, aluminum 7,10% dan barang kayu, barang dari kayu 2,06%.

“Dari sisi pertumbuhan, selama Januari-November 2013, 10 golongan barang  turun 8,94% terhadap periode yang sama ditahun 2012,” ucapnya.

Penurunan nilai ekspor ini, juga terjadi pada menurunnya distribusi ekspor ke negara tujuan utama yakni dari kawasan Asia termasuk China, Jepang dan India sebesar 13,53%, negara Asean yakni Malaysia, Singapora dan Asean lainnya menurun 11,91% dan juga negara utama lainnya dari Amerika Serikat turun 12,14%.

“Dari total 10 negara tujuan,  distribusi negara tujuan menurun 9,83%, negara lainnya turun 5,21%. Namun begitupun pangsa pasar ekspor terbesar kita masih China, Amerika, China dan India,” jelasnya.

Pengamat Ekonomi Sumut, M Ishak mengatakan, penurunan ekspor ini dilihat karena beberapa negara tujuan ekspor Sumut masih mengalami krisis ekonomi. Hal ini juga dilihat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terjadi beberapa kali dipengujung 2013. “Kalau dilihat dari produksi komoditas nya khusus pertanian, masih memenuhui kebutuhan ekspor. Tapi karena permintaan sedikit dari negara-nergara tujuan, sehingga membuat nilai ekspor kita menurun,” tuturnya.

Sedangkan untuk ekspor ditahun 2014, sedikit mengalami kemajuan karena komoditas pertanian unggulan dari Indonesia khususnya Sumut masih diminati bahkan menjadi primadona di pasar luar. Tapi hanya saja, diperlukan peningkatan kualitas produk sehingga terjadi nilai jual yang lebih tinggi. “Kita harus jaga kualitas produk, jadi harga bisa lebih tinggi. Karena nilai tukar rupiah terhadap dollar diprediksi tidak akan turun seperti semula,” tuturnya.(don/sur)

Share