Sekolah Unggulan

polri-harus-di-evaluasi

TRANSINDONESIA.CO – Tatkala berbicara tentang sekolah image yang semestinya tersirat dan tersurat adalah belajar. Ada tempat, guru, kurikulumnya, system pembelajaran dan  sarana prasana pendukung dan siswa yang belajar.

Belajar adalah proses transformasi, proses pencerdasan, proses untuk mampu menjadi lebih baik. Belajar bukanlah untuk sekolah tetap untuk hidup.

Maknanya belajar adalah untuk manusia dan memanusiakan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Hasil didik merupakan produk dari proses pendidikan, hasil yang baik bersumber dari bahan yang baik, proses yang baik dan produk yang baik.

Sumber yang baik dimulai dari proses rekrutmen, proses pendidikn yang baik mencakup: 1).Guru yang baik, 2). Sistem pendidikan yang baik, 3). Pendukung pendidikan yang baik.

Hasil yang baik adalah ada transformasi, tatkala hasil didiknya bermanfaat bagi hidup dan kehidupan masyarakat yang diakui danditerima serta dibanggakan oleh masyarakat.

Sekolah yang menjadi idola adalah sekolah yang unggul atau berkeunggulan dan dapat dibanggakan atau menjadi kebanggaan yang mampu menjadi lembaga pendidikan yang berkarakter, yang memberi harapan baik bagi siswanya maupun masyarakatnya. Apa yang diunggulkan? Apa yang dibanggakan?

Keunggulan dan kebanggaan dari sekolahan dapat ditunjukan dari proses rekrutmen yang selektif atau mempunyai standar yang tinggi baik untuk IQ, EQ mupun SQ. Dengan proses transparan, akuntabel bebas dari intervensi dan KKN.

Untuk menghasilkan hasil didik yang prima berarti ada guru-guru yang berkualitas juga sehingga mampu mengajar dan mentransformasikan ilmu yang unggul kepada para muridnya.

Keunggulan para guru mampu mrnjadi ikon atau simbol diberbagai bidang, para guru ini juga sebagai role model bagi para muridnya. Yang bertugas memberikan pengajaran untuk memahami, menemukan, bukan untuk menghafal.

Para guru menjadi mentor, konsultan, motivator, pendampingan agar pra muridnya belajar dengan baik dan bangga terhadap para guru-guru. Kebanggaan ini tumbuh atas ketulusan hati sebagai bentuk penghormatan atas penyadaran yang telah diberikan.

Ada sistem belajar mengajar yang mendorong para siswa menjadi kreatif dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi didalam masyarakat atau menemukan solusi-solusi baru bagi hidup dan kehidupan.

Sistem-sistem pendukung bagi proses belajar dan mengajar: 10. Tempat belajar dan berlatih yang memadai, 2). Sistem kurikulum yang merupakan proses pencapaian hasil didik, 3). Perpustakaan dan buku-buku referensi yang menginspirasi para guru dan murid, 4). Labiratorium tempat belajar atas kasus-kasus yang terjadi atau melakukan praktek-praktek sebelum dilaksanakan dilapangan atau penemuan hal-hal baru, 5). Sistem pendukung yang modern bagi proses belajar.mengajar, 6). Tempat belajar menyenangkan, mengnspirasi, nuansa akademik terasa kental, dan tentu aman serta nyaman.

Hasil didik adalah orang-orang yang berkarakter cerdas dan bermoral serta mampu untuk berkarya diberbagai bidang dengan kualitas prima dan mendapatkan pengakuan bahkan penghargaan atas prestasi-prestasi.

Sekolah mengevaluasi system-sistm pendidikan bukan hanya pada saat belajar di sekolah saja, namun juga diluar sekolah bahkan pasca belajar.

Bagaimana dengan pendidikan dikepolisian? Pada prinsipnya sama, ada transformasi, dengan basis ilmu kepolisian, yang mampu menunjukan karakter (komitmen, kompetensi dan keunggulan) bagi lembaga, guru, siswa bahkan alumni.

Proses-proses rekrutmen yang selektif untuk menemukan dan mendidik atau menghasilkan kaum tempered radical (kelompok-kelompok kritis yang kreatif dan berbeda dengan orang kebanyakan, berpikir out of the box dan mampu sebagai inventor dan penemu atau setidaknya mampu sebagai early warning bagi institusi).

Pembelajarannya mampu menginspirasi, memotivasi, pra siswa kratif inovatif, kritis menemukan solusi dan karakter yang humanis sebagai sosok petugas Polisi yang profesional, cerdas, bermoral dan modern.

Tentu bukan demi ranking,bukan pula untuk pangkat dan jabatan, bukan pula untuk sekedar mengikuti atau sebagai syarat pengembangan karier semata.

Para guru, pelatih dan staf pendidikan harus mampu menjadi role model yang penuh dedikasi dan prestasi.

Nuansa akademik yang kritis, cerdas tercermin dalam lingkungan dan system-sistem pembelajaranya. Transformasi ilmu bukan karena perintah, ketakutan, paksaan tetapi karena kesadaran, tanggungjawab dan sebagai wujud disiplin.

Tatkala hal diatas dilanggar, cepat atau lambat akan banyak plesetan dan prodi yang sebenarnya merupakan ungkapan kekecewaan, bentuk perlawanan mealui lawakan bagi kaum lemah atas ketololan-ketololan dalam pendidikan dan proses-prosen. “Garbage in garbage out” bisa terjadi dan istilah kambing diikat di sekolah itupun bisa lulus.(CDL-HalimaAdisutjipto181014)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment