Blogger AS Tuduh Senator Pakistan Memperkosanya

TRANSINDONESIA.CO – Seorang blogger Amerika di Pakistan menuduh beberapa politisi top Pakistan telah memperkosa dan menganiayanya.

Cynthia Ritchie, yang tinggal di Pakistan sejak 2010, membuat tuduhan itu dalam sebuah video yang diunggah ke Facebook Jumat (5/6).

Ritchie menuduh bahwa dia diberi obat bius dan diperkosa oleh Senator Rehman Malik di kediaman resminya di Islamabad pada 2011, ketika dia menjabat sebagai menteri dalam negeri federal dari pemerintah koalisi yang dipimpin oleh Partai Rakyat Pakistan (PPP).

Ritchie mengatakan dia juga “dianiaya secara fisik” oleh perdana menteri ketika itu, Yousuf Raza Gilani, dan salah seorang anggota kabinetnya, Makhdoom Shahabuddin.

Ritchie mengaku punya bukti untuk menguatkan klaimnya dan siap untuk memperlihatkannya kepada jurnalis investigatif “netral.”

Seorang jurubicara Malik, yang sekarang ini merupakan anggota Senat Pakistan, majelis tinggi parlemen, telah membantah tuduhan itu, menyebutnya tidak berdasar. Dikatakannya, tuduhan itu bertujuan mencoreng reputasi politisi senior itu.

Gilani juga membantah sesuatu yang dikatakannya tuduhan tak berdasar oleh blogger Amerika itu, mengatakan dia akan mengajukan tuntutan pencemaran nama baik terhadapnya.

Mantan PM itu mengatakan tidak pernah bertemu dengan perempuan itu selama menjabat.

Ritchie memberikan rincian lebih banyak di akun Twitternya Sabtu (6/6), mengatakan “tanya Malik mengenai malam ketika dia mengundang saya ke rumahnya untuk membahas ‘visa’ saya. Bunga, perangkat elektronik, dan minuman mengandung obat bius yang dia beri kepada saya.”

Dia mengatakan dia diserang pada waktu yang sama ketika pasukan khusus AS menyerbu dan menewaskan Osama bin Laden di tempat persembunyiannya di kota Abbottabad, Pakistan. Blogger AS itu juga menjelaskan dia “menutup mulut,” meyakini “siapa dalam pemerintahan PPP yang akan membantu saya melawan menteri dalam negeri?”

Ritchie mengatakan bahwa dia telah menghubungi Kedutaan AS di Islamabad untuk melaporkan insiden itu ketika itu, tapi menerima respon yang “tidak cukup,” menyebut ada ketegangan hubungan antara kedua negara akibat serangan AS terhadap pemimpin al-Qaida itu. [vm/ft]

Sumber : Voaindonesia

Share
Leave a comment