Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Kebijakan BI Dipertanyakan

Jakarta masuk 10 Kota Paling Potensial Buat Bisnis Global

TRANSINDONESIA.CO – Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai dampak kegiatan Pemilihan Umum 2014 belum mendorong adanya laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang signifikan seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal I di posisi 5,2%. Pasalnya, kebijakan ekonomi Bank Indonesia (BI) dinilai tidak tepat sasaran.

Penegasan itu disampaikan anggota KEN Purbaya Yudhi Sadewa ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (7/5/2014). Menurutnya, apa pun konsumsi masyarakat termasuk belanja pemilu tahun ini tidak akan mampu mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi karena adanya kebijakan ekonomi ketat (tight money policy) yang dilakukan bank sentral.

“Ini pertumbuhan memang sengaja mereka (BI) perlambat. Pertumbuhan yang tadinya diperkirakan mencapai 5,8%, sekarang justru di bawah angka tersebut. Anehnya, kondisi ini justru terjadi ketika ekonomi dunia sedang membaik,” kata Purbaya.

Purbaya justru menyatakan tanpa adanya kegiatan pemilu, dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi jauh lebih parah mengingat rendahnya belanja (konsumsi) pemerintah serta adanya hambatan dari sektor pertambangan dan penggalian akibat adanya larangan ekspor bahan-bahan mineral. Ditakuti jika keadaan ekonomi dalam negeri seperti ini, banyak investor yang akan angkat koper dari Indonesia.

“Biasanya ekonomi yang melambat akan ditinggalkan investor asing dan domestik, sekarang semua tergantung kebijakan bank sentral,” sambungnya.

KEN sendiri telah meminta pemerintah bersama dengan BI untuk lebih fokus menjaga daya beli masyarakat, menjaga tingkat suku bunga serta tingkat inflasi agar target pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai.

Tidak hanya itu, Purbaya juga memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 menurun di kisaran 5% dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berada di kisaran US$11.500-US$12.000.

“Pertumbuhan 5% dengan ekonomi global yang tengah recovery tentunya bukan prestasi bagus,” lanjut Purbaya.

Menurutnya, BI perlu melakukan pelonggaran kebijakan moneter jika inflasi mengarah ke 4,5% -5%. Inflasi pada Juli ini diperkirakan akan ada di kisaran 5% maka saat ini BI sudah dapat menurunkan suku bunga. “Juni dampak BBM sudah hilang, kalau BI forward looking artinya BI rate sudah bisa turun secara bertahap hingga kearag 6,5%-6,75%,” pungkasnya.(mi/met)

 

 

Share