TRANSINDONESIA.CO, Jakarta – Koalisi Poros Tengah yang dibangun partai-partai Islam mengantarkan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden pada Pemilu 1999 lalu. Koalisi ini diwacanakan untuk dimunculkan kembali pada Pemilu 2014.
Apalagi, berdasar hasil penghitungan cepat Pileg berbagai lembaga, perolehan suara empat partai Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak ada yang menembus tiga besar yang diduduki PDI-P, Golkar, dan Gerindra. Secara matematis, jika terwujud, perolehan suara Koalisi Poros Tengah jilid II itu dapat mencapai angka 30 persen.
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens menilai Koalisi Poros Tengah jilid 2 akan menjadi alternatif kekuatan di tengah dominasi PDI-P, Golkar, dan Gerindra yang telah mendeklarasikan capresnya masing-masing.
Namun, melihat perkembangan saat ini, koalisi tersebut dinilai sulit diwujudkan. Tidak adanya figur pemersatu, menjadi salah satu penyebab sulitnya membangun koalisi di antara partai berbasis Islam.
“Sangat sulit karena partai-partai Islam ini krisis figur. Tidak ada yang menjadi kekuatan baru. Ada sejumlah nama seperti Mahfud MD, tapi belum tentu diterima seluruh partai Islam,” kata Boni saat ditemui di Jakarta, Kamis (10/4/2014) malam.
Menurutnya, partai-partai Islam ini sebaiknya membelah diri dan bergabung dengan kekuatan poros yang sudah ada sebelumnya, yakni PDI-P, Golkar dan Gerindra. Dengan demikian peta pertarungan politik di Pilpres pun semakin menarik. Tidak hanya pertarurangan partai nasionalis yang menjadi pemimpin koalisi, tetapi juga pertarungan merebut hati kalangan muslim melalui partai Islam yang mendampingi.
“Pertarungan akan lebih dinamis karena kelompok muslim ini banyak dan beragam,” katanya.
Boni mengatakan, dengan situasi yang ada saat ini, Partai Gerindra tampaknya sudah membuka diri untuk bersama PPP, sementara PDI-P condong berkoalisi dengan PKB. Untuk PKS, kata Boni, pilihan yang tersedia berkoalisi dengan Golkar dan PAN. Selebihnya, tiga koalisi yang ada akan bertambah dengan bergabungnya partai nasionalis lainnya seperti Nasdem, Partai Demokrat dan Hanura.
“Tapi saya rasa untuk saat ini hubungan semua partai masih cair. Parpol tampaknya masih gelisah. Masih menghitung peluang, walaupun saling membutuhkan,” jelasnya.(bs/fer)