TRANSINDONESIA.CO – Tatkala kita menonton film, seringkali kita memilih film perang, action, bahkan yang sarat dengan kekerasan. Sebagai penonton memang enak melihatnya, tidak merasakan susah, sambil melihat saling serbu, saling bantai sambil makan minum dan dalam kondisi ruang ber ac.
Apa yang ditonton sebenarnya juga produk skenario dan kepiawaian sang sutradara menyajikan ceritera yang seoalah-olah seperti keadaan sebenarnya. Setelah menonton film perang, atau film action para penonton ada yang seakan menjadi pahlawan, atau menginginkan ada sesuatu yang bisa ia lakukan seperti di dalam film.
Walau faktanya apa yang ada di film memang sarat rekayasa. Kita bisa melihat di akhir film Jacky Chan, ada potongan-potongan film betapa sulit atau hrs mengulang beberapa kali untuk menampilkan suatu adegan laga yang nampaknya serba sempurna.

Dalam suatu media, diceriterakan bahwa sang aktor bisa saja mengalami cidera serius tatkala memerankan tokoh yang diskenariokan.
Kalangan generasi muda, di masa pertumbuhan tingkat kematangan jiwanya masih labil dan mudah terpengaruh. Dari sekian banyak kaum pemuda ada yang menginginkan perang dan mendukung kelompok-kelompok radikal.
Mungkinkah mereka ingin menjadi pahlawan atau kepahlawanannya terinspirasi dari film perang atau action. Bosan dengan kondisi yang ada, ingin menjadi pahlawan atau setidaknya bisa meniru jagoan-jagian pada film-film action.
Pada faktanya, tatkala terjadi konflik sosial saja sudah menimbulkan suasana mencekam, membuat resah dan ketakutan. Hidup tidak nyaman, produktifitas menurun.
Tatkala terjadi perang maka, 1. Jiwa manusia tidak lagi berharga, kapan saja bisa tertembak mati, atau dimatikan, 2. Keamanan tidak terjamin, suasana mencekam dan bisa saja saling mencurigai, saling serang, saling mengkacaukan, 3. Pendidikan menjadi terbengkalai, para guru, para murid, sekolah-sekolah bisa menjadi sasaran tembak atau salah sasaran, 4. Kesulitan mendapatkan sembako, listrik dan air bersih, 5. Menjadi sarang wabah penyakit, kesehatan menjadi terganggu bahkan sulit mendapatkan pelayanan publik, Toleransi antar warga masyarakat menjadi terkoyak karena saling curiga mencurigai, 7. Pelayanan-pelayanan publik menjadi kacau, bahkan bisa saja terjadi saling peras atau tidak ada lagi kepastian., 8. Perlindungan, pengayoman dan pelayanan keamanan, semakin kacau, 9. Perekonomian menjadi buruk, terjadi inflasi, tidak stabilnya harga-harga, 10. Tempat-tempat hiburan bisa saja dihancurkan atau dijadikan sasaran, 11. Tidak ada wisatawan atau turis yang mau datang, 12. Antar anggota keluarga bisa saling terpisah dan 13. Kemiskinan tidak teratasi.
Msh banyak kesengsaraan lain dampak dari adanya perang. Perang menakutkan dan menyengsarakan bagi hidup dan kehidupan banyak orang. .[CDL21122016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana