Memahami Makna di Balik Fenomena

TRANSINDONESIA.CO – Fenomena sering dilihat dari apa yang ada di depan mata saja, sihngga maknanya tidak lagi terlihat apalagi dipahami.

Memahami makna di balik fenomena merupakan kemampuan mengkonstruksi, medekonstruksi, dan menjelaskan berbagai hubungan satu sama lainnya dalam konteks dan konsep yang bisa berbeda dari unsur-unsur utama.

Kemampuan untuk  memberikan makna atas sesuatu fenomena merupakan suatu imajinasi yang berbasis pada logika dan kebanaran (bisa dibuktikan) bukanlah suatu hafalan. Dengan memahami makna di balik suatu fenomena akan mampu melihat kedepan, saat ini maupun ke belakang.

Fenomena alam.[Ist]
Fenomena alam.[Ist]
Yang artinya, kedepan adalah mampu memprediksi, di saat ini mampu melihat dan memahami apa yang terjadi sekarang, ke belakang adalah mampu melihat latar belakang atau sejarah bahkan kesalahannya.

Masa lalu bukan selalu menjadi kesalahan, bisa saja merupakan fondasi kuat bagi masa kini dan masa yang akan datang.

Pola mengkonstruksi dan medekonstruksi ini bisa kita lihat dan amati pola pengajaran yang dicontohkan dalam film kartun anak-anak “Blue Clues” (tanda dari blue). Blue si anjing kecil akan memberi tanda pada setiap fenomena. Setiap fenomena untuk dicatat dalam buku catatan.

Tidak mengandai-andai bila tanda dari Blue belum mencukupi. Setelah dianggap cukup, apa yang sudah dicatat di bawa pada kursi berpikir. Di sinilah menghubung-hubungkan dan memahami apa maknanya dibalik semua gejala fakta tadi.

Contoh apa yang ditunjukkan oleh Blue sebagai sebuah konstruksi berpikir (walau level play group ini bisa menjadi pola pembelajaran bagi anak-anak dan kita semua dalam memahami makna di balik fenomena), yakni, kolam,  hijau, melompat-lompat. Ke hal tersebut dihubung-hubungkan dengan membuat pertanyaan apa yang ada di kolam warnanya hijau dan bisa melompat lompat? Jawabannya, kodok.

Kodok adalah fenomena baru yang berbeda dan tidak mirip dengan kolam, hijau dan melompat-lompat, namun ketika dikonstruksi atau dekonstruksi bisa ditemukan dan dibuka unsur-unsurnya.

Demikian halnya dengan fenomena-febomena lainnya yang prinsipnya sama. Semakin rumit semakin memerlukan kemampuan yang semakin tinggi imajinasi atau pengetahuan pendukungnya.[CDL-14072016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share